Jumat 01 Jun 2012 20:49 WIB

Kisah Sahabat Nabi: Suhail bin Amr, Tawanan yang Jadi Pahlawan (3)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  Pada saat itu juga, suasana yang penuh dengan keagungan dan kebesaran ini telah membangkitkan semua kesadaran Suhail bin Amr, menyebabkannya menyerahkan dirinya kepada Allah Rabbul Alamin.

Dan keislamannya itu, bukanlah keislaman seorang laki-laki yang menderita kekalahan lalu menyerahkan dirinya kepada takdir di saat itu juga.

Keislaman Suhail yang terpikat dan terpesona oleh kebesaran Nabi Muhammad SAW dan kebesaran agama yang diikuti ajaran-ajarannya oleh Nabi Muhammad, dan yang dipikulnya bendera dan panji-panjinya dengan rasa cinta yang mendalam.

Orang-orang yang masuk Islam di hari pembebasan Kota Makkah itu disebut “thulaqa” artinya orang-orang yang dibebaskan dari segala hukum yang berlaku bagi orang yang kalah perang, karena mereka mendapat amnesti dan ampunan dari Rasulullah. Dengan kesadaran sendiri mereka pindah dari kemusyrikan ke agama tauhid.

Agama Islam telah menempa Suhail dengan ideologi baru. Semua kelebihan dan keahliannya selama ini menambah kokoh imannya. Sehingga orang-orang melukiskan sifatnya dalam beberapa kalimat, “Pemaaf, pemurah, banyak shalat, shaum dan bersedekah serta membaca Alquran dan menangis disebabkan takut kepada Allah.”

Demikianlah kebesaran Suhail. Walaupun ia menganut Islam di hari pembebasan dan bukan sebelumnya, tetapi kita lihat dalam keislaman dan keimanannya itu mencapai kebenaran tertinggi, sedemikian tinggi hingga dapat menguasai keseluruhan dirinya dan merubahnya menjadi seorang abid dan zahid, dan seorang mujahid yang mati-matian berkorban di jalan Allah.

Tatkala Rasulullah berpulang ke rahmatullah, berita itu sampai ke Makkah. Waktu itu Suhail sedang bermukim di sana. Kaum Muslimin yang berada di sana menjadi resah dan gelisah serta ditimpa kebingungan, seperti halnya saudara-saudara mereka di Madinah.

Untunglah keadaan itu segera ditenteramkan oleh Abu Bakar RA dengan kalimat-kalimatnya yang tegas, “Barangsiapa yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad telah wafat! Dan barangsiapa yang menyembah kepada Allah, maka sesungguh­nya Allah tetap hidup dan takkan mati untuk selama-lamanya!”

Kalau Abu Bakar berhasil menenangkan kaum Muslimin, di Madinah, maka tindakan yang sama juga dilakukan Suhail di Makkah. Dikumpulkannya seluruh penduduk, lalu berdiri memukau mereka dengan kalimat-kalimatnya yang mantap, memaparkan bahwa Muhammad itu benar-benar Rasul Allah dan bahwa ia tidak wafat sebelum menyampaikan amanat dan melaksanakan tugas risalat.

Dan sekarang, menjadi kewajiban bagi orang-orang mukmin untuk meneruskan perjalanan menempuh jalan yang relah digariskannya. Maka dengan langkah dan tindakan yang diambil oleh Suhail ini, serta dengan ucapannya yang tepat dan keimanannya yang kuat, terhindarlah fitnah yang hampir saja menumbangkan keimanan sebagian manusia di Makkah ketika mendengar wafatnya Rasulullah.

sumber : Sumber: 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement