REPUBLIKA.CO.ID, Oposisi Suriah mengumumkan telah membentuk sebuah front baru untuk menyatukan perjuangan bersenjata melawan Damaskus.
Dalam konferensi pers di Istanbul, Senin (4/6/12), seperti dilaporkan AFP, pihak oposisi itu mengatakan mereka telah menciptakan struktur militer baru yang terdiri dari 12 ribu anggota untuk melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Front itu bernama Front Revolusioner Suriah.
Khaled al-Okla, anggota Revolusioner Suriah membacakan sebuah pernyataan yang mengumumkan bahwa mereka telah menyatukan berbagai kelompok di bawah dalam satu payung.
Penyatuan itu dilakukan setelah dilakukan penelitian selama empat bulan untuk mengakhiri pemerintahan Bashar yang kejam. Mereka bertekad akan menggulingkan pemerintahan yang kejam dan tiran itu.
Baru-baru ini, kelompok oposisi mengatakan pemberontak bersenjata telah menewaskan sedikitnya 80 anggota pasukan keamanan Suriah akhir pekan lalu.
Sementara Sekjen PBB, Ban Ki-Moon mengatakan bahwa semua pihak yang terlibat dalam kerusuhan Suriah harus tetap berpegang pada rencana perdamaian yang diusulkan utusan PBB dan Liga Arab, Kofi Annan.
Sebelumnya, para pemberontak yang tergabung dalam Tentara Suriah Bebas (FSA) mengumumkan bahwa mereka tidak lagi terikat pada rencana perdamaian yang ditengahi Annan karena pemerintah Suriah tidak merespon batas waktu mereka ajukan.
Pada Jumat (1/6), para pembebrontak mengancam akan meninggalkan gencatan senjata kecuali jika tentara Suriah menghentikan operasinya terhadap kelompok mereka.
Enam poin rencana perdamaian usulan Annan mulai dilaksanakan pada pertengahan April lalu. Rencana perdamaian itu menyerukan gencatan senjata antara pemerintah dan oposisi, mengizinkan kelompok-kelompok kemanusiaan berhubungan dengan masyarakat, pembebasan para tahanan, dan memulai dialog harus antara kedua belah pihak.
Kerusuhan di Suriah terjadi sejak Maret 2011, dengan demonstrasi yang menentang dan mendukung pemerintah Presiden Assad. Barat dan oposisi Suriah menuduh pemerintah membunuh demonstran. Tapi Damaskus mengatakandan kelompok teroris bersenjata bertanggung jawab dalam kerusuhan yang sudah diatur dari luar negeri itu.