REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Ketua Organisasi Kerjasama Negara Islam (OKI) Ekmeleddin Ihsanoglu kecewa atas kegagalan masyarakat internasional yang dinilainya tidak tegas terhadap pemerintahan Myanmar. Dia mengusulkan OKI mengirim tim untuk melakukan penyelidikan pembantaian etnis Muslim Rohingya ke Negara Bagian Rakhine.
OKI, kata dia, akan mendesak secara langsung pemerintah Myanmar di Yangoon untuk menerima misi pencari fakta kelompok tersebut. Rencana itu kata dia, sudah dimusyawarahkan saat pertemuan komite eksekutif OKI di Jeddah, Saudi Arabia.
Menurut Ihsanoglu, pemerintah junta Myanmar telah kelewat batas membiarkan etnis minoritas di negara anggota ASEAN itu tertindas dan tak diakui. Dia menumpahkan kekesalannya kepada komunitas dan lembaga internasional, yang tidak mengambil sikap tegas untuk menghentikan pelanggaran HAM, yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar terhadap etnis Muslim Rohingya.
"OKI telah meminta langsung kepada Dewan Umum PBB di New York untuk melihat ke dalam penderitaan minoritas Rohingya," katanya, seperti dikutip Alarabiyah.
Human Rights Watch yang berbasis di New York mengatakan, jumlah korban tewas konflik komunal yang melibatkan etnis Buddha Arakan dan Muslim Rohingya, telah mencapai lebih dari 90 orang. Sementara 100 ribu orang lainnya mengungsi.
Sebelumya, kelompok HAM menuduh pasukan pemerintah berpartisipasi dalam pembunuhan dan pemerkosaan etnis Muslim Rohingya atau setidaknya gagal menghentikan kekacauan. Tiga orang anggota staf lokal badan pengungsi PBB ditangkap di Rakhine karena diduga terlibat konflik.
"Tuduhan terhadap mereka itu tidak berdasar," kata utusan khusus PBB, Tomas Ojea Quintana, yang sempat mengunjungi ketiganya selama perjalanannya di Rakhine. Ia akan menyajikan temuannya pada Dewan Keamanan PBB.