REPUBLIKA.CO.ID, PARINGIN -- Penebangan kayu hutan yang kian menjadi-jadi belakangan ini mengancam populasi pohon buah-buahan. Itu terutama yang tumbuh di hutan Kalimantan Selatan.
''Buktinya buah-buahan yang selama ini menjadi makanan berbagai macam satwa dan juga masyarakat pelosok kian langka di beberapa lokasi pedalaman,'' kata tokoh masyarakat Desa Panggung, Kecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan, Mursidi, di Paringin, Selasa.
Sebagai contoh, kata Mursidi, pohon mangga tandui (family Mangefira SP) sudah hampir tak ditemui lagi. Rasa buah pohon tersebut agak sedikit kecut. Tetapi, buah mangga tandui sangat enak dibuat rujak.
Mursidi mengatakan pohon mangga tandui banyak dicari penebang kayu lantaran pohonnya besar. Bentuknya pun agak lurus dan tidak bengkok-bengkok. Sehingga, batangnya paling baik dibuat papan atau kayu olahan lainnya.
Tidak hanya pohon mangga tandui yang langka sekarang ini. Pohon mintaus, pohon kumbayau, pohon kepayang, pohon jantungan, pohon sangkuang, pohon asam hurang, dan pohon binjai pun demikian.
Akibat pohon buah hutan tersebut banyak yang hilang, maka berbagai macam satwa kehilangan makanannya. Itu terutama berbagai jenis monyet yang akhirnya menyerang kebun penduduk setempat guna mencari makanan.