REPUBLIKA.CO.ID, Sementara itu, terjemahan Alquran berbahasa Latin yang dibuat oleh Petrus Agung bersama Robertus Ketenensis dan muridnya Hermannus Dalmatin hampir empat abad lamanya tidak diizinkan oleh pihak gereja untuk dicetak di luar gereja.
Salinan terjemahan tersebut hanya boleh dimiliki dan dipelajari oleh pihak gereja dengan alasan supaya umat Kristen tidak mempunyai kesempatan mempelajari Alquran terjemahan tersebut hingga tidak akan ada penganut Kristen yang murtad dari agamanya.
Di samping itu, dengan penerjemahan tersebut para pemuka ulama Kristen mampu mengungkap sisi kelemahan Alquran. Hal ini diharapkan akan memperkuat keimanan umat Kristen dalam menghadapi dakwah agama Islam.
Lain halnya dengan Louis (Ludovico) Maracci, seorang pastur berkebangsaan Italia, yang menerbitkan terjemahan Alquran dalam bahasa Latin dengan dilengkapi teks Arab dan beberapa nukilan dari berbagai tafsir Alquran dalam bahasa Arab pada 1689.
Ia sengaja menyusun karyanya sedemikian rupa untuk memberikan kesan yang buruk tentang Islam. Sosok Maracci sendiri dikenal sebagai orang yang pandai dalam menerjemahkan Alquran, namun dengan tujuan untuk menjelek-jelekkan Islam di kalangan masyarakat Eropa, dengan mengambil pendapat-pendapat ulama-ulama Islam sendiri yang menurut pendapatnya menunjukkan kerendahan Islam.
Maracci adalah seorang Roma Katolik dan terjemahannya itu dipersembahkan kepada penguasa Kekaisaran Romawi. Pada terjemahannya itu diberi kata pengantar yang isinya adalah seperti apa yang ia katakan sebagai sebuah bantahan terhadap Alquran.