REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN -- Menteri Perminyakan Iran Rostam Qasemi, Senin (5/11), mengatakan negaranya akan bereaksi terhadap sanksi lebih keras yang mungkin dijatuhkan Barat atas industri minyak negeri tersebut, kantor berita resmi Iran, IRNA, melaporkan.
Qasemi itu menyatakan Iran akan mempertimbangkan ekspor minyaknya, dan mengisyaratkan negara Persia tersebut mungkin akan menghentikan atau mengurangi eksport minyak mentahnya ke pasar internasional.
"Kurangnya minyak Iran di pasar internasional akan mengarah kepada kenaikan harganya di tingkat global," kata Qasemi. Ia menambahkan jika itu terjadi, maka orang di negara konsumen akan menderita.
Ia juga menyatakan kendati ada sanksi keras oleh Barat, industri minyak Iran telah "berhasil" mengatasi masalah dan membuat kemajuan luar biasa, demikian laporan IRNA sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Selasa (6/11) pagi.
Qasemi pada Oktober mengatakan Iran telah melancarkan upaya guna mengembangkan energi hijau untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil di dalam negerinya.
Ia mengatakan negaranya memiliki rencana untuk meningkatkan produksi energi pilihan seperti energi Matahari, energi angin dan bahan bakar-bio agar bisa mengurangi penggunaan cadangan gas dan minyaknya sendiri untuk tujuan dalam negeri.
Uni Eropa pada Oktober memutuskan untuk memberlakukan sanksi baru terhadap Iran, termasuk larangan atas import gas alam dari Iran ke negara anggota Uni Eropa.
Perhimpunan regional tersebut juga sepakat untuk memperluas larangan eksport yang kini diberlakukan atas lembaga dan peralatan penting buat industri minyak, gas dan petrokimia Iran. Uni Eropa memberlakukan embargo atas eksport minyak Iran pada 1 Juli.
Barat telah menuduh Iran secara diam-diam membuat senjata nuklir dengan kedok sipil, tuduhan yang sudah berulangkali dibantah oleh Teheran. Gara-gara program nuklir itu, Iran menghadapi kemelut dengan Barat, terutama Amerika Serikat.
Pada Ahad (4/11), kantor berita setengah resmi Iran, Fars, melaporkan seorang anggota senior Majlis (Parlemen) Iran membantah laporan mengenai pembekuan pengayaan uranium tingkat tinggi di Iran.
Kazzem Jalali, anggota Komisi Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Nasional Majlis Iran, mengatakan, "Pernyataan ini tidak benar sebab pengayaan uranium 20-persen diperlukan bagi reaktor (penelitian) Teheran dan tujuan medisnya."
Pada Sabtu (3/11), beberapa media Barat mengutip Mohammad Hassan Asafari, anggota lain Komisi Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Nasional Majlis Iran, bahwa sebagai tanda "i'tikad baik" dalam perundingan mengenai program nuklir negara Persia tersebut, Iran "sudah membekukan pengayaan uranium 20-persennya".