REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Sri Lanka pada Rabu membantah tuduhan-tuduhan dalam laporan Perserikatan Bangsa Bangsa yang dibocorkan. Laporan yang menyebutkan bahwa Sri Lanka telah mengintimidasi pekerja kemanusiaan PBB selama tahap akhir perang separatis Tamil di pulau itu.
"Tidak ada intimidasi di sana," kata Menteri Perkebunan, Mahinda Samarasinghe, kepada para wartawan di Kolombo. "Tidak ada hal seperti itu. Bagaimana Anda bisa mengintimidasi mereka? Mereka tidak terintimidasi oleh siapa pun."
Samarasinghe, yang juga utusan hak asasi manusia Sri Lanka pada Dewan HAM PBB, mengatakan ia tidak mau berkomentar langsung mengenai laporan tersebut. Namun, dia menambahkan bahwa Kolombo bersedia untuk mengatasi segala kekurangan yang diangkat.
Pasukan Sri Lanka pada akhirnya menghancurkan pemberontak Macan Tamil Eelam pada Mei 2009. Ini setelah beberapa dasawarsa pertempuran brutal.
PBB memperkirakan konflik itu menewaskan sampai 100.000 jiwa. Kedua pihak dituduh melakukan kejahatan perang.
"Peristiwa-peristiwa di Sri Lanka menandai kegagalan suram PBB," kata rancangan laporan itu. ''PBB harus dapat memenuhi standar yang lebih tinggi dalam memenuhi perlindungan dan tanggung jawab kemanusiaan.''
Laporan juga mengkritik staf senior PBB di Kolombo yang tidak tampak melakukan pencegahan pembunuhan penduduk sipil sebagai tanggung jawab mereka. Badan serta kepala departemen di markas besar PBB tidak menginstruksikan mereka sebaliknya.