REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Negara Palestina menjadi inspirasi bagi Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
“Dalam keanggotaan OKI, Palestina bukan observer (pengamat,-red). Tapi, justru OKI lahir sebagai hasil munculnya aksi yang terjadi di Mesjid Al-Aqsa, Yerusalem,”terang Dirjen Kerjasama Bilateral Kementerian Luar Negeri RI, Hasan Kleib di jumpa pers Konferensi Tingkat Menteri OKI ke-4, Kamis (6/12).
OKI yang semula bernama Organisasi Konferensi Islam ini dibentuk berdasarkan keputusan pertemuan tingkat tinggi yang diadakan di Rabat, Maroko, pada tanggal 25 September 1967. Hingga kini, OKI merupakan salah satu organisasi inter-governmental terbesar di dunia yang saat ini beranggotakan 57 negara berpenduduk Muslim dari berbagai kawasan.
Usai pemungutan suara di PBB untuk menaikkan status Palestina menjadi negara pengamat non anggota, maka Hasan berharap dunia memandang Palestina selayaknya seperti pandangan OKI. Pasalnya, penggunaan observer state mengindikasikan pengakuan internasional terhadap Palestiana sebagai negara.
Bagi Indonesia, imbuh Hasan, Palestina sudah memenuhi berbagai persyaratan di PBB dengan dukungan beberapa negara. "Kita langsung membuka hubungan diplomatik dan membangun kedutaan Palestina di Jakarta. Hingga saat ini kita melakukan capacity building bagi 1000 warga Palestina. Jadi itu bagian dari dukungan kita terhadap rakyat Palestina,"jelasnya.