REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Kondisi kehidupan lebih dari enam juta orang Suriah telah memburuk selama dua tahun belakangan akibat sanksi ekonomi internasional yang dijatuhkan atas negeri mereka dan krisis berkepanjangan.
Wakil Ketua Perhimpunan Masyarakat bagi Sindikat Tenaga Kerja di Suriah, Ezzat al-Kanj, mengatakan kepada harian Al-Baath bahwa satu studi oleh Pusat bagi Penelitian Kebijakan Suriah menyatakan peningkatan jumlah orang miskin di Suriah terjadi akibat sanksi ekonomi dan harga yang melangit kebanyakan bahan makanan.
Ia menambahkan banyaknya orang yang kehilangan tempat tinggal di dalam atau luar Suriah juga telah menambah parah keadaan.
Komentarnya mengumandangkan pernyataan yang dikeluarkan belum lama ini oleh Kepala Kantor Komisi Sosial dan Ekonomi PBB untuk Asia Barat (ESCWA), Abdullah Ad-Dardari. Ad-Dardari mengatakan lima juta orang Suriah sekarang hidup di bawah garis kemiskinan akibat krisis yang berkecamuk di negara mereka.
Al-Kanj menyatakan kondisi kehidupan telah dipengaruhi oleh merosotnya nilai pound Suriah. ''Sementara, harga sebagian besar barang konsumen naik sempai sedikitnya 50 persen sehingga menaikkan tingkat kemiskinan dan menambah parah pengangguran, demikian laporan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu.
Kebanyakan bahan makanan telah berada di luar jangkauan banyak orang Suriah. Sebab gaji mereka masih tak berubah, sedangkan harga telah meroket.
Kebijakan campur tangan yang dilakukan oleh Bank Sentral Suriah nyaris memperlihatkan hasil pada awal. Bank itu berhasil mendongkrak nilai tukar pound Suriah. Tapi, campur tangan yang belakangan tidak produktif.
Pound Suriah telah kehilangan lebih dari 60 persen nilainya dan bank tersebut gagal mengembalikan nilai tukar ke tingkat normal.