Selasa 28 May 2013 16:48 WIB

Jumlah Terbatas, Pengusaha Saling Berebut Sapi Lokal

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Petugas memberi makan sapi-sapi lokal yang sedang digemukkan di Rumah Potong Hewan Terpadu Bogor, Jawa Barat, Senin (18/7). Pemerintah akan membentuk konsorsium peternakan sapi untuk memudahkan distribusi jutaan daging sapi lokal sebagai dukungan terhadap
Foto: Antara
Petugas memberi makan sapi-sapi lokal yang sedang digemukkan di Rumah Potong Hewan Terpadu Bogor, Jawa Barat, Senin (18/7). Pemerintah akan membentuk konsorsium peternakan sapi untuk memudahkan distribusi jutaan daging sapi lokal sebagai dukungan terhadap

REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN -- Pengusaha mengeluhkan kesulitan mendapatkan sapi lokal yang siap jual. Komisaris PT Tanjung Unggul Mandiri yang juga importir Pudjantoro mengatakan kini pengusaha berebut mendapatkan sapi lokal yang jumlahnya terbatas.

"Kami rebutan," ujarnya saat dikunjungi Mentri Pertanian Suswono dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan di Teluk Naga, Banten, Selasa (28/5).

Solusi terbaik menurutnya yaitu menambah jatah impor. Perusahaannya saat ini membutuhkan pasokan sapi sebanyak 24 ribu ekor. Namun ia hanya diperbolehkan mendapatkan sapi impor sebanyak 13 ribu ekor.  Ia pun meminta pemerintah untuk menjaga agar pasokan sapi yang ada mencukupi untuk memenuhi permintaan masyarakat.

Presiden Direktur PT Lembu Jantan Perkasa Joyce Gunawan mengatakan setiap tahun membeli sekitar 5 ribu hingga 6 ribu ekor sapi betina yang produktif. Namun hanya 20 persen dari total pembelian yang dibeli di peternak domestik. Sebagian besar pasokan sapi betina produktif dibeli dari peternak di Australia.

Cara ini untuk mengisi pasokan di peternakan dan pusat penggemukan sapi miliknya yang berkapasitas 10 ribu ekor.  Harga rata-rata sapi betina tersebut sekitar Rp  33 ribu hingga Rp 33,5 ribu per kilogram (kg) per bobot hidup. "Setiap tahun beli sapi sekitar 30 ribu ekor," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement