REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Bank Dunia mendanai proyek studi kelayakan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Balikpapan, Kalimantan Timur. Untuk komitmen awal Bank Dunia membantu studi kelayakan (feasibility study), kata Suryanto, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Balikpapan, Senin (12/8).
Hasil dari studi kelayakan akan disusun menjadi detailed engineered design atau DED, rencana rinci pekerjaan yang juga menjadi dasar perhitungan anggaran. Baru setelah itu implementasi. Jadi sementara ini Bank Dunia belum bicara soal bantuan dana, jelas Tri Hardiyanto, pemimpin proyek (project leader) konsultan untuk studi kelayakan ini.
Untuk mendanai implementasi atau tahap pelaksanaan tersebut, Bank Dunia akan melibatkan negara donor atau lembaga dana internasional yang peduli pada proyek-proyek pembangunan seperti ini, seperti UNDP (United Nations Development Program). Studi kelayakan itu sendiri digelar di Perkampungan Atas Air di Kelurahan Margasari di Balikpapan Barat, Kawasan Industri Kecil (KIK) Somber di Balikpapan Utara, dan kawasan perumahan Sepinggan di Balikpapan Timur.
KIK Somber adalah tempat dimana industri rumah tangga pembuatan tahu tempe di relokasi. Pembuatan tahu tempe dikenal sebagai industri yang sangat banyak menggunakan air. Pilihan atas ketiga lokasi itu sendiri berdasar pada master plan atau rencana induk pembangunan kota Balikpapan. Menurut Tri, proses studi kelayakan diperhitungkan akan memakan waktu enam bulan.
Ditambahkan Suryanto, Balikpapan dipilih oleh Bank Dunia atas rekomendasi Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Kementerian PU menilai dan melihat Balikpapan sangat peduli dan memperhatikan lingkungan dan sanitasi. "Itu pertimbangan PU memberi rekomendasi kepada Bank Dunia, karena kita memang sudah memiliki perencanaan," jelas Suryanto.
Suryanto menuturkan, rencananya pada Oktober laporan akhir sudah selesai. "Kalau sudah ada negara donor yang mau membiayai ya berarti 2014 sudah bisa dimulai," tambahnya.