REPUBLIKA.CO.ID, MUKOMUKO -- Sebanyak 10 nelayan di Desa Air Buluh, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, sejak sepekan terakhir tidak bisa melaut karena alat tangkap untuk menangkap ikan hanyut dibawa banjir yang melanda desa itu saat Lebaran 2013.
"Sementara ini nelayan itu tidak melaut karena tidak ada jaring untuk menangkap ikan," kata Kepala Desa Air Buluh Ali Takdir, di Mukomuko, Selasa (13/8).
Sedangkan, kata dia, untuk membeli kembali alat tangkap tersebut nelayan setempat tidak sanggup karena harganya cukup mahal mencapai jutaan rupiah.
"Untuk membeli alat tangkap yang lama saja nelayan terpaksa minjam di Bank dan belum habis angsuran pinjaman alat tangkap itu tersebut hanyut dibawa banjir sehingga sementara ini nelayan setempat memutuskan untuk tidak melaut lagi," katanya.
Kendati demikian, kata dia, nelayan yang tidak melaut tersebut masih bisa bertahan menjalankan kehidupannya dengan mengandalkan hasil panen sawit dengan luas yang terbatas.
"Nelayan di desa ini tidak banyak tetapi selain bekerja melaut mereka juga ada kegiatan sampingan sebagai petani kebun sawit meskipun luasan kebunnya terbatas," ujarnya.
Nelayan setempat, menurut dia, sampai sekarang masih mengharapkan ada bantuan seperti jaring dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat namun ditunggu setelah bencana banjir tidak ada.
"Kami sudah sampaikan secara lisan permohonan bantuan kepada DKP, dan dalam waktu dekat akan ada data secara resmi akan diserahkan kepada dinas tersebut," katanya.
Ia menyebutkan, banjir terjadi pada hari pertama hari raya Idul Fitri 1434 Hijriah di desa itu. Tidak ada korban jiwa dalam bencana tersebut, namun nelayan setempat mengalami kerugian seperti 26 pis jaring, satu jongkong. Satu unit jaring harganya mencapai Rp7 juta dan jongkong dengan harga sekitar Rp5 juta.