Kamis 19 Sep 2013 15:14 WIB

Hadapi MEA 2015, Industri Asuransi Harus Berbenah

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Asuransi (Ilustrasi)
Foto: wepridefest.com
Asuransi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara defensif, industri asuransi Indonesia siap menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Namun untuk bisa bersaing masuk ke negara lain, industri asuransi harus berbenah.

Direktur Eksekutif Bidang Industri Keuangan non-Bank Otoritas Jasa Keuangan (IKNB OJK) Firdaus Djaelani mengungkapkan Indonesia tidak dapat mengelak dari pasar bebas. Pasalnya MEA telah dicanangkan sejak lama. "Mestinya kita siap menghadapi itu," ujar Firdaus di sela seminar ASEAN Insurance Council (AIC) di Jakarta, Kamis (19/9).

MEA bukan berarti tanpa regulasi. Negara tetap wajib melindungi negaranya dengan sejumlah kebijakan yang tidak melanggar MEA itu sendiri. OJK tetap memiliki kepentingan untuk melindungi negara. Hal ini harusnya disepakati oleh setiap negara anggota ASEAN.

Pejabat negara ASEAN telah melakukan pertemuan untuk membahas kerangka pasar bebas ASEAN tersebut. Pertemuan lebih lanjut akan dilakukan di akhir tahun. Pertemuan itu diantaranya akan membahas hal-hal teknis seperti ekspansi bisnis industri dan kebebasan masuknya tenaga kerja.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Benny Waworuntu mengungkapkan pasar bebas seharusnya bersifat resiprokal. Untuk mencapai hal tersebut harus ada keseimbangan. "Situasi kita dengan negara lain harus seimbang," kata Benny.

Namun saat ini kondisi di Indonesia dan negara ASEAN lain belumlah sama. Misalnya seperti regulasi dan investasi. Investasi di Indonesia sangat terbuka. Namun belum tentu hal serupa terjadi di negara Asean lain.

Benny menilai sumber daya manusia di Indonesia sudah mampu bersaing satu sama lain. Kualitasnya juga sudah baik dan menguasai kondisi pasar dalam negeri. Hanya yang perlu diperhatikan adalah ketika mereka harus bersaing dengan sumber daya manusia dari luar.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement