Ahad 22 Sep 2013 19:46 WIB

Korut Bantah Laporan Masa Lalu Ibu Negaranya

Korea Utara
Korea Utara

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) membantah laporan bahwa Pyongyang telah mengeksekusi beberapa artis negara itu untuk menutupi masa lalu ibu negaranya, dan menyebut media melakukan kejahatan tak terampuni.

Bantahan itu diberikan sehari setelah Korut menunda reuni keluarga yang terpisah akibat Perang Korea hingga waktu yang tidak ditentukan, dengan alasan sikap permusuhan, fitnah dan provokasi Korea Selatan sebagai alasan.

Kecaman tersebut yang dinyatakan pada Ahad terpusat pada beberapa laporan terbaru yang dilakukan oleh media Korea Selatan --yang bertujuan untuk menyinggung martabat pemimpin tertinggi Kim Jong Un.

Secara khusus Pyongyang mengutip sebuah laporan di surat kabar Shimbun Asahi, Jepang, Sabtu (21/9), yang dikutip oleh televisi dan laman berita Korea Selatan (Korsel), beberapa anggota dari Unhasu Orchestra Korea Utara dan kelompok-kelompok musik negara yang lain telah dieksekusi oleh regu tembak karena merekam hubungan seks mereka.

Ri Sol Ju, istri Kim, adalah mantan anggota orkestra itu. Asahi mengatakan eksekusi para seniman negara yang jarang terjadi itu, termasuk seorang penyanyi yang dikabarkan sebagai mantan kekasih Kim, telah diperintahkan untuk menghapus desas-desus gaya hidup bebas yang dilakukan Ri saat ia masih menjadi seorang penghibur.

Media itu mengatakan polisi diam-diam merekam percakapan antara para penghibur itu yang mengatakan, "Ri Sol Ju dulu biasa 'bermain-main' sama seperti kita."

Sumber untuk laporan Asahi itu adalah seorang "pejabat tingkat tinggi pemerintah Korea Utara yang baru-baru ini membelot". Harian Chosun Ilbo Korea Selatan telah melaporkan dugaan eksekusi itu bulan lalu tapi tidak ada respon dari Pyongyang pada saat itu .

Kantor berita pemerintah Korut KCNA mengatakan, laporan itu karya "psikopat" dan "konfrontasi maniak" dalam pemerintah dan media Korsel. "Ini adalah (kejahatan) yang tak terampunkan, provokasi mengerikan yang menyakiti martabat kepemimpinan tertinggi," kata KCNA dalam sebuah komentar.

"Mereka yang melakukan kejahatan mengerikan akan membayar harga yang sangat tinggi," katanya memperingatkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement