REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (2/12) pagi bergerak menguat sebesar 21 poin menjadi Rp 11.945 per dolar AS.
"Sentimen yang biasa datang di akhir bulan yakni perkiraan data neraca pembayaran dan perdagangan Indonesia, menjelang publikasi itu nilai tukar rupiah cenderung minim fluktuasi," kata Kepala Ruset Trust Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Senin (2/12).
Ia mengharapkan bahwa data ekonomi domestik itu mengalami perbaikan sehingga dapat menahan sentimen eksternal terutama dari AS terkait pengurangan (tappering off) stimulus keuangannya. Ia menambahkan investor juga akan mencermati kebijakan ekonomi lanjutan yang akan dikeluarkan pemerintah dalam mengantisipasi untuk menghadapi tapering the Fed itu.
Sementara itu, Analis pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova mengatakan bahwa pergerakan rupiah cenderung terbatas menyusul sentimen defisit neraca transaksi berjalan yang masih membayangi. Selain itu, lanjut dia, permintaan korporasi terhadap dolar AS menjelang akhir tahun untuk memenuhi kegiatannya juga cenderung cukup tinggi sehingga untuk penguatan nilai tukar rupiah masih belum signifikan.
"Secara fundamental, pergerakan rupiah masih akan terus bervariasi menunggu publikasi data ekonomi Indonesia dan kepastian 'tappering' dari the Fed," katanya.