REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekertaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Ban Ki-moon membatalkan undangan yang diberikan pada Iran untuk bergabung dalam pembicaraan damai Suriah. Pembatalan dilakukan setelah adanya tekanan kuat dari Amerika Serikat (AS) dan ancaman pemboikotan oleh pihak oposisi Suriah.
Dengan ditariknya undangan Ban untuk Iran, kelompok oposisi Suriah yang didukung Barat menyatakan akan menghadiri pembicaraan damai. Pihak oposisi mengatakan konferensi harus berusaha untuk membentuk pemerintah transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh.
Menurut oposisi 'pembunuh dan penjahat' tak boleh berpartisipasi dalam pemerintahan transisi.Sebelumnya undangan mengejutkan datang dari Sekjen PBB Ahad (19/1) lalu. Ban mengundang Iran, sekutu utama presiden Bashar Al-Assad untuk mengikuti pembicaraan damai Suriah.
AS segera menyerukan agar Ban membatalkan tawaran tersebut, sementara oposisi mengancam tak akan menghadiri acara tersebut. Konferensi rencananya akan mulai digelar pada Rabu (22/1) di sebuah resor mewah di Montreux, Swiss. AS, Rusia dan 40 negara lain akan menghadiri pembicaraan damai itu.
Pertemuan tatap muka pertama antara pemerintah Suriah dan pemberontak direncanakan akan dimulai pada Jumat (26/1), di Jenewa.Koalisi Nasional Suriah sebelumnya pada Sabtu (18/1), menyatakan akan menghadiri pembicaraan damai. Hingga akhirnya mereka mengeluarkan ultimatum terkait undangan Ban pada Iran.
Pejabat senior AS mengatakan Iran belum memenuhi kriteria untuk berpartisipasi dalam konferensi, kecuali mereka sepenuhnya dan secara terbuka mendukung tujuan pertemuan. Duta besar PBB di Prancis Gerard Araud juga mengatakan, Iran harus menerima secara eksplisit persyaratan dari roadmap.