REPUBLIKA.CO.ID,MERAUKE--Para nelayan asal Merauke yang menjadi korban tentara Papua Nugini (PNG Deference Force/PNG DF), saat ini ikut melaut guna mencari kelima rekannya yang belum diketahui nasibnya.
Informasi yang diperoleh Antara dari Merauke mengungkapkan, lima dari sepuluh nelayan warga Lampu Satu, Merauke, ikut melaut bersama tim SAR guna mencari kelima rekannya.
Sebelumnya tanggal 6 Pebruari lalu, 10 nelayan asal Merauke ditangkap tentara PNG saat mereka berada di gugusan karang perbatasan RI-PNG untuk menangkap teripang.
Tentara PNG dengan bersenjata lengkap itu menangkapi para nelayan kemudian membakar kapal dan berbagai barang milik mereka kemudian menyuruh para nelayan berenang hingga ke pos TNI-AL yang berjarak sekitar lima kilometer.
Dari sepuluh orang, lima diantaranya hingga saat ini belum diketahui nasibnya.
Komandan Lantamal XI Merauke Brigjen TNI (Marinir) Buyung Lalana yang dihubungi Antara dari Jayapura mengakui, keikutsertaan kelima nelayan yang berhasil tiba dengan selamat di pos TNI-AL di Torasi bergabung dengan tim SAR.
Mereka ingin ikut mencari kelima rekannya dan karena kondisi mereka (nelayan) bagus makanya diperbolehkan.
Komandan Pangkalan Utama TNI-AL yang membawahi perairan selatan Papua itu mengatakan, saat ini tim SAR yang terdiri dari Basarnas, TNI-AL dan warga masih terus mencari kelima nelayan. "Belum diketahui dengan pasti nasib kelima nelayan," kata Brigjen TNI Buyung Lalana.
Kelima nelayan yang belum diketahui nasibnya itu adalah Alexander Coa, Ferdinando Coa, Roby Rahail, Joni Kaize dan Zulfikar Saleh. Sedangkan yang berhasil berenang hingga ke pos TNI-AL di Torasi yakni Anton Kanez Bazik-bazik, Yakobus G.Mahuze, Silvester Ku Basik-Basik, Marselinus Maya Gebze dan Andreas Mahuze.