Senin 10 Mar 2014 09:43 WIB

Dua Penumpang Malaysia Airlines Pencuri Paspor atau Teroris?

A relative (woman in white) of a passenger onboard Malaysia Airlines flight MH370 cries as she talks on her mobile phone at the Beijing Capital International Airport, March 8, 2014.
Foto: Reuters/Kim Kyung-hoon
A relative (woman in white) of a passenger onboard Malaysia Airlines flight MH370 cries as she talks on her mobile phone at the Beijing Capital International Airport, March 8, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID,  Ada dugaan bahwa pesawat berjenis Boeing 777-200 tersebut diserang oleh sekelompok teroris. Terlebih, usai otoritas Malaysia menyatakan, dua diantara penumpang MH370 menggunakan paspor curian. 

Hanya, para ahli dan petugas setempat segera merespons bahwa tidak ada bukti jika ada teroris yang berhasil membajak pesawat tersebut sejauh ini. Terkait dengan penumpang berpaspor curian, ada penjelasan lain soal itu. 

Dua penumpang tersebut membeli tiket lewat China Southern Airlines yang kodenya ternyata berbagi dengan kode Malaysian Airlines. Mereka menggunakan dokumen warga Italia dan Austria yang paspornya dicuri di Thailand pada dua tahun belakangan. Para pemilik paspor yang asli sudah membuat laporan polisi soal ini. 

The Los Angeles Times yang mewawancarai pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat mengungkap, hanya karena paspor mereka dicuri tak berarti ada teroris di pesawat itu. "Mereka bisa saja tak lebih dari sekelompok pencuri, atau mereka hanya membawa paspor tersebut dari pasar gelap,"ujarnya. 

Surat kabar dari AS tersebut juga menjelaskan, tak ada kelompok teroris yang terhubung kemudian muncul usai kejadian. Tak ada juga organisasi yang mengklaim bertanggungjawab atas upaya menjatuhkan pesawat. Hanya, beberapa ahli juga berpendapat ada kemungkinan jika aksi pembajakan seperti yang terjadi pada 11 September  bisa saja terjadi. 

John Goglia, mantan anggota kehormatan NTSB, sebuah badan di AS yang menginvestigasi kecelakaan pesawat menjelaskan, sulitnya komunikasi  dari pilot menunjukkan pesawat tersebut kemungkinan mengalami dekompresi atau dihancurkan oleh alat peledak. "Kejadiannya musti cepat karena tidak ada komunikasi."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement