REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Guy Grey-Smith dipandang sebagai salah satu seniman terpenting di Australia setelah era perang dunia. Saat ini, 100 hasil karyanya tengah dipamerkan di galeri Perth, Australia Barat.
Grey-Smith mulai melukis saat Ia menjadi tawanan perang di Jerman. Ia terkenal karena karya-karyanya yang menampilkan pemandangan alam Australia Barat.
Diharapkan, pameran ini bisa membawa karyanya ke audiens baru.
"Saya khawatir anak-anak muda di Australia Barat belum pernah melihat karya Guy Grey-Smith, dan penting bahwa mereka tahu tentang salah satu seniman abad ke 20 yang terpenting di negara bagian ini," jelas Melissa Harpley, kurator seni lukis, patung dan rancangan historis di galeri seni Australia Barat (AGWA).
Pameran Guy Grey-Smith – Art as Life dilangsungkan di AGWA hingga 14 Juli 2014.
Guy Grey-Smith bergabung dengan angkatan udara Australia tahun 1936. Ia dilatih sebagai pilot. Pada tahun yang sama, Ia dikirim ke Inggris. Di markasnya, dekat daerah Cambridge, Ia bertemu Helen Stanes, yang nantinya akan menjadi istrinya. Stanes saat itu sedang belajar desain itnterior.
Tahun 1940, Grey-Smith tertembak jatuh saat terbang di atas wilayah Belanda. Kemudian, Ia ditahan di kamp-kamp perang di Jerman dan Polandia selama 4 tahun. Di sana, Ia tertular tuberculosis.
Helen mengiriminya materi seni dan buku seni untuk meredakan kebosanan. Saat itulah Guy mulai berkiprah di bidang seni.
Saat dibebaskan tahun 1944, Guy menghabiskan berbulan-bulan di sanatorium untuk pulih dari TBC. Sebagai bentuk terapi, Ia mendapat pelatihan seni pertamanya.
Tahun 1946, Ia mulai belajar di Sekolah tinggi Seni Chelsea di London. Tahun 1947, ia dan Helen mengunjungi hutan-hutan di Fontainbleu, Perancis.
Hutan-hutan tersebut telah dilukis beberapa kali oleh seniman terkenal Paul Cezanne, yang juga merupakan salah satu tokoh yang mempengaruhi Guy.
"Ia berkata saat melihat hutan-hutan itu Ia sadar bahwa dirinya adalah seorang pelukis Australia, dan Ia harus kembali ke hutan-hutan yang Ia tahu dan cintai," ucap Harpley, belum lama ini.
Maka, tahun 1947 Guy dan Helen kembali ke Australia Barat dan membeli sepetak tanah. Keduanya bertekad akan menjadi seniman, tapi juga menjalani berbagai kegiatan lain untuk bertahan hidup.
"Tak ada anak lain waktu itu yang orangtuanya melukis dan membuat kain dan seni tembikar, dan memerah kambing, membuat roti, menanam sayur dan memelihara lebah madu," cerita anak mereka Sue Grey-Smith.
Setahun setelah kembali ke Australia, Guy mengadakan pameran solo pertamanya di Perth.
Pada tahun 1960an, pasangan Grey-Smith mulai berjalan-jalan ke Asia, termasuk ke Sri Lanka dan Bali. Di sana, mereka menemukan obyek-obyek baru untuk seni mereka.
Guy Grey-Smith meninggal tahun 1981.
Menurut Harpley, Ia memiliki peran penting dalam sejarah seni kontemporer.