REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA-- Kasus Ebola (Ebola Virus Disease) yang disingkat EVD di Afrika meningkat, namun di Asia termasuk Indonesia belum ditemukan, kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof Tjandra Yoga Aditama dalam surat elektronik yang dikirim Jum'at (4/4).
EVD adalah demam berdarah viral dan merupakan salah satu penyakit akibat virus yang paling mematikan bagi manusia. Virus Ebola pertama kali diidentifikasi di Provinsi Sudan Barat dan di wilayah terdekat dari Zaire pada tahun 1976.
Ada lima spesies virus ebola, yaituBundibugyo, Pantai Gading,Reston, Sudan dan Zaïre. Spesies Bundibugyo, Sudan, dan Zaire adalah spesies yang dikaitkan dalam wabah besar virus ebola di Afrika yang menyebabkan kematian pada 25-90% kasus klinis.
Penyebaran EVD di Afrika Barat (Guinea, Liberia, Sierra Leone). Saat ini kasus konfirmasi dan suspek EVD dilaporkan dari Guinea, Liberia, dan berpotensi menyebar ke Sierra Leone. Per 31 Maret 2014, Kementerian Kesehatan Guinea melaporkan 122 kasus klinis EVD dengan 80 kematian.
Kasus tersebar di beberapa wilayah, yaitu Conakry (11 kasus), Guekedo (77 kasus), Macenta (23 kasus), Kissidougou (delapan kasus), dan tiga kasus dari Dabola danDjingaraye. Dari jumlah tersebut, 24 diantaranya adalah kasus konfirmasi lab dengan uji PCR (13 kasus meninggal dunia) dan 98 lainnya adalah kasus probable (67 kasus meninggal dunia).
Saat ini masih dilakukan investigasi kasus dan pencarian kontak kasus. Tercatat 400 orang kontak dalam pengawasan medis. Penguatan pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi intervensi prioritas.
Di samping itu juga upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan diri untuk mencegah penyebaran virus. Pencegahan ini seperti cuci tangan, cara merawat orang sakit secara aman di masyarakat, pemakaian alat pelindung diri saat bersentuhan dengan benda yang berpotensi terkontaminasi darah dan cairan tubuh orang sakit atau saat melakukan pembersihan lingkungan dan disinfeksi, serta cara pemakaman yang aman.
''Sejauh ini penyakit ini tidak sampai ke Asia. Tapi kami terus memantau perkembangan yang ada melalui mekanisme International Health Regulation (2005), dimana saya sebagai National Focal Point,'' kata Tjandra.
EVD merupakan peristiwa yang jarang terjadi dan demam berdarah virus menjadi salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian khusus dalam IHR (2005).