Rabu 30 Apr 2014 00:00 WIB

'Penutupan Dolly Tidak Bisa Dipaksakan'

Situasi di lokalisasi Dolly, Surabaya.
Foto: Republika
Situasi di lokalisasi Dolly, Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana mengharapkan agar penutupan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara yakni Dolly dan Jarak yang direncanakan pada 19 Juni mendatang tidak bisa dipaksakan.

"Semestinya warga sekitar lokaliasasi, yakni Putat Jaya diajak musyawarah terlebih dahulu sebelum langkah penutupan dilakukan. Beberapa kali saya turun ke sana, ternyata warga di sana mengeluhkan belum pernah diajak berembuk soal penutupan," kata Wisnu di Surabaya, Selasa (29/4).

Pernyataan Wisnu ini berbeda dengan sikap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang tetap ngotot agar Dolly ditutup. Menurut Wisnu, hingga saat ini masih ada penentangan dari warga setempat atas rencana tersebut. Warga dinilai belum siap jika lokalisasi itu berhenti beroperasi.

Wisnu menganggap saat ini warga masih memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap Dolly. Warga setempat banyak menggantungkan hidupnya dari keberadaan lokalisasi ini, di antaranya dengan bekerja sebagai tukang laundry, salon, warung makanan, toko pracangan serta lainnya.

 

Wisnu mengatakan rencana penutupan Dolly sebenarnya tidak akan menemui kendala ketika ada komunikasi antara pemkot dengan warga. Selama ini, komunikasi pemkot hanya dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) dan mucikari. Padahal, lanjut dia, penutupan lokalisasi tidak hanya menyangkut PSK dan mucikari, tetapi warga sekitar yang menggantungkan hidupnya dari lokalisasi.

Mantan wakil ketua DPRD Surabaya ini menambahkan yang harus dipertimbangkan saat ini adalah kelanjutan pekerjaan dari warga Surabaya yang ekonominya bertumpu pada Dolly. Sebenarnya, kata dia, warga Putat Jaya setuju jika Dolly ditutup. Tapi harus ada persiapan yang matang sebelumnya. Lagipula, PSK-nya sebagian besar bukan warga Surabaya sehingga untuk memulangan PSK ini mudah, tinggal diberi uang saku saja.

"Tapi yang penting, yang harus diperjuangkan itu warga Surabayanya. Kalau warga Surabaya yang selama ini bergantung pada Dolly sudah diberi ketrampilan dan bisa mandiri, tidak masalah ditutup," katanya.

Wisnu mengaku dirinya tidak pernah diajak bicara soal penutupan lokalisasi Dolly. Namun demikian, ia telah memberikan masukan kepada wali kota terkait penutupan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu.

Ia mengharapkan pemerintah kota tidak menganggap sepele penutupan. Pemkot Surabaya harus benar-benar memikirkan nasib warga pascapenutupan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement