REPUBLIKA.CO.ID, MUARA TEWEH -- Air pedalaman Sungai Barito di Kabupaten Barito Utara dan Murung Raya, Kalimantan Tengah, dalam empat hari terakhir mengalami surut. Kondisi itu mengakibatkan sejumlah kapal dan tongkang bertonase besar terperangkap dan tidak bisa berlayar.
"Saat ini angkutan kapal dan tongkang bermuatan batu bara bertonase besar tidak bisa berlayar karena air sungai surut," kata Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Barito Utara, Jufriansyah di Muara Teweh, Jumat.
Sejumlah kapal tarik atau tunda (tug boat) dan tongkang yang sebelumnya berlayar ke hulu maupun hilir pada saat debit air Sungai Barito naik, kini terpaksa bersandar di beberapa tempat.
Ketinggian debit air Sungai Barito pada skala tinggi air (STA) Muara Teweh pada Jumat (9/5) siang pada angka 3,6 meter yang menunjukkan angka tidak aman bagi pelayaran kapal bertonase besar.
"Saat ini tongkang bermuatan dan kosong ada yang bersandar dan kandas di kawasan hutan pinggiran Sungai Barito," paparnya.
Kapal dan tongkang kosong yang terperangkap itu mencapai puluhan unit. Sebagian besar milik perusahaan tambang PT Marunda Graha Mineral yang arealnya di wilayah Kabupaten Murung Raya (Mura) dan sejumlah perusahaan di wilayah Kabupaten Barito Utara.
Sejumlah tongkang bermuatan puluhan ribu ton batu bara dan kosong bersandar di kawasan Bukau Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barut atau di hulu dan di hilir jembatan KH Hasan Basri Muara Teweh.
"Sejumlah tongkang itu kini terpaksa bersandar sambil menunggu air naik," ujarnya.