REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dewan Masjid Indonesia (DMI) merasa prihatin dan menyesalkan pemuatan karikatur oleh media 'The Jakarta Post'.
Sekretaris bidang Komunikasi, Informasi (Kominfo) dan Hubungan Luar Negeri PP DMI, Hery Sucipto, menyatakan Kalimat 'Laa Ilaaha Illallah' dan kalimat 'Allah-Muhammad' adalah kalimat mulia.
"Kalimat ini merupakan bacaan yang sangat baik dan tertulis di dalam kitab suci Alquran," tutur Hery saat dihubungi Republika, Senin (7/7) malam.
Kalimat-kalimat suci itu juga tidak bisa disandingkan dengan gambar atau kalimat negatif atau bermakna kotor."DMI meminta 'The Jakarta Post' untuk mengklarifikasi maksud pemuatan karikatur itu," tegas Hery.
Hal ini diperlukan agar tidak menimbulkan keresahan sosial dan publik tidak risau. "Bagaimanapun, pemuatan karikatur itu telah memicu emosi umat Islam," papar Hery.
DMI meminta umat dan masyarakat umum tidak terprovokasi dengan pemuatan karikatur itu. "Di bulan suci ramadhan ini, ketenangan dan kesejukan harus tetap dijaga dan menjauhkan diri dari sikap-sikap anarkhis," ungkap Hery.
Menurut DMI, Pemuatan karikatur itu hendaknya menjadi pelajaran penting agar media lebih berhati-hati dalam memberitakan atau memuat gambar."Apalagi jika hal itu terkait simbol-simbol atau ajaran agama yang dijunjung dan dihormati oleh umat beragama," lanjut Hery.
Karikatur koran 'The Jakarta Post' edisi Kamis (3/6), halaman 7, memuat karikatur dengan gambar simbol Islam berukuran cukup besar di rubrik Opini.
Itu setelah karikatur tersebut menggambarkan bendera berlafaz 'laa ilaha illallah' dengan logo tengkorak yang terpasang di bendera.
Tidak sekadar itu, lafaz tahlil tersebut dipadukan dengan bendera tengkorak khas bajak laut. Kemudian, tepat di tengah tengkorak, tertera tulisan 'Allah, Rasul, Muhammad'.
Gambar tersebut memuat karikatur dalam beberapa adegan. Adegan menampilkan lima orang dalam posisi berlutut dengan mata tertutup kain di tanah dan tangannya terikat di belakang dalam posisi ditodong senjata.