REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY – Israel menarik mayoritas pasukannya dari Jalur Gaza pada Ahad. Serangan Israel yang membabi buta ke Gaza selama beberapa pekan ini telah menewaskan lebih dari 1.800 warga Palestina dan lebih dari 60 warga Israel tewas.
Dilansir dari Associated Press, pertempuran sengit pun masih terjadi di Gaza. Terakhir, serangan Israel menghantam sekolahan yang dijaga oleh PBB yang juga menjadi penampungan warga Gaza. Akibatnya, 10 orang telah tewas. Tindakan Israel ini pun dikecam oleh Amerika Serikat.
Sedangkan, pejabat Hamas pun bersumpah akan tetap melanjutkan perjuangan mereka. Sehingga, masih belum pasti apakah Israel benar-benar akan mengakhiri perang.
Letnan Kolonel Peter Lerner, juru bicara militer Israel membenarkan pasukannya telah ditarik dari Gaza setelah militer menyatakan telah merusak mayoritas terowongan yang dibangun di sepanjang Jalur Gaza untuk menyerang Israel. Lanjutnya, Israel telah mendeteksi sekitar 30 terowongan yang digali di sepanjang perbatasan.
“Kami telah merusak jaringan terowongan tersebut,” katanya. Militer Israel memiliki ribuan pasukan di Gaza dalam operasi ini. Meskipun begitu, Lerner mengatakan operasi ini belumlah berakhir dan Israel akan tetap menyerang dengan menargetkan peralatan peluncuran roket Hamas.
Militer Israel mengatakan pihaknya akan melakukan gencatan senjata kemanusiaan selama tujuh jam dimulai dari pukul 10 pagi. Namun, gencatan senjata ini tidak akan dilakukan di wilayah dimana pasukan masih beroperasi. Militer pun mengatakan pihaknya akan merespon serangan yang dilakukan selama gencatan senjata.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun bersumpah akan tetap menekan Hamas. Ia juga mendapat tekanan internasional untuk menghentikan pertempuran karena tingginya jumlah korban yang tewas.