Selasa 12 Aug 2014 11:02 WIB

SBY Berterima Kasih Amerika Bantu Modernisasi Alutsista TNI

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengucapkan terima kasih kepada Amerika Serikat terkait bantuan modernisasi kemiliteran TNI seperti dalam hal modernisasi alat utama sistem persenjataan (Alutsista).

"Kami berterima kasih kepada Kongres AS, khususnya dalam kerja sama kemiliteran termasuk modernisasi persenjataan militer," kata Presiden Yudhoyono saat menerima kunjungan Senator AS John McCain di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (12/8).

Menurut Presiden, sudah hampir dalam jangka waktu yang lama atau hampir sekitar 20 tahun persenjataan dalam kemiliteran masih belum benar-benar dimodernisasi dengan baik. Dengan adanya kerja sama di bidang pertahanan, ujar SBY maka diharapkan kedua negara dapat bekerja sama secara bersama-sama untuk lebih memastikan kawasan Asia lebih stabil dan damai.

Dengan demikian, lanjutnya, berbagai negara termasuk Indonesia juga dapat mengembangkan ekonominya.

Presiden Yudhoyono menegaskan, pihaknya menentang penggunaan militer untuk memecahkan permasalahan di kawasan, tetapi lebih mengedepankan pendekatan politik dan diplomasi untuk menyelesaikannya.

Sebelumnya, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan menyatakan menginginkan Laut China Selatan yang saat ini disengketakan sejumlah negara, bisa menjadi daerah yang stabil dan zona damai.

"Indonesia tak terlibat sengketa, namun sebagai bagian dari kerja sama multilateral ingin daerah itu menjadi daerah stabil, zona damai, dan daerah bebas berlayar," kata Menhan Purnomo Yusgiantoro, usai menerima kunjungan Wakil Komisi Pusat Militer Tiongkok, Jenderal Fan Changlong di Jakarta, Kamis (24/7).

Dalam pertemuan dengan Jenderal Fan Changlong itu sempat dibahas perihal eskalasi konflik di Laut China Selatan dan di Laut China Timur. Laut China Selatan saat ini disengketakan Tiongkok dan sejumlah negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunie Darussalam.

Namun, Menhan meminta kepada Jenderal Fan Changlong, yang merupakan pimpinan militer tertinggi di Tiongkok itu, agar wilayah Laut China Selatan menjadi daerah yang stabil, zona damai dan kebebasan berlayar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement