Senin 05 Aug 2019 07:44 WIB

Arkeolog Prihatin Budaya Menanam Ubi Mulai Pudar di Papua

Suku Dani di Papua kini membudidayakan padi.

Red: Ani Nursalikah
Sejumlah warga dan anak-anak suku pedalaman Papua berkumpul untuk mengikuti acara Festival Budaya Lembah Baliem.
Foto: Antara
Sejumlah warga dan anak-anak suku pedalaman Papua berkumpul untuk mengikuti acara Festival Budaya Lembah Baliem.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Arkeolog Papua Hari Suroto mengaku khawatir dengan kebiasaan bercocok tanam ubi jalar yang mulai berkurang oleh petani yang ada di Lembah Baliem atau di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua.

"Sejak kehadiran beras atau tanaman padi di Wamena, membuat Suku Danidi Lembah Baliem banyak mengonsumsi nasi, sedangkan kebun keladi (talas) dan ubi jalar mereka sebagian dibiarkan begitu saja," katanya di Kota Jayapura, Papua, Senin (5/8).

Baca Juga

Hari yang mengaku baru saja kembali dari Wamena, Kabupaten Jayawijaya itu mengatakan kondisi ini sudah pasti akan mengubah pola bercocok tanam atau bertani, yang dulunya biasa bertani atau menanam ubi jalar dan keladi, kini mulai beralih ke tanam padi dan makan beras.

"Hal ini sangat mengkhawatirkan, apalagi dalam budaya memasak dengan cara bakar batu, keladi dan ubi jalar menjadi bahan makanan utama. Beras tidak mungkin diolah dengan cara bakar batu," katanya.

Apalagi, kata dia, ternak babi tidak bisa makan jerami padi. Hal ini sudah pasti akan menjadi persoalan di kemudian hari jika tidak terjadi perimbangan antara menanam ubi jalar dan keladi dengan padi yang bisa menjadi beras dan dimakan.

"Apakah posisi ternak babi akan tergantikan oleh sapi yang suka jerami? Budaya Baliem harus tetap dipertahankan, walaupun sudah dimulai budi daya padi, tetapi ubi jalar dan keladi tidak boleh dilupakan," katanya.

Menurut dia, pemandangan tersebut bisa tampak di Kampung Honelama, Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Pada ketinggian 1.650 meter di atas permukaan laut terdapat hamparan sawah dengan tanaman padi yang menguning siap panen.

"Tanaman padi di sawah ini dibudidayakan oleh Suku Dani. Sungguh luar biasa, Suku Dani yang sejak prasejarah dikenal sebagai petani tangguh, dengan tanaman utama keladi, pisang, ubi jalar dan buah merah," katanya.

Tapi kini, kata Hari yang merupakan alumni dari Universitas Udayana Bali itu, mengatakan mereka telah menghasilkan padi. Padi merupakan bahan makanan pokok baru bagi Suku Dani.

"Sebelum mereka mengenal bercocok tanam padi, mereka telah dikenalkan beras, yang didatangkan dari Jayapura, berton-ton menggunakan pesawat kargo. Budi daya tanaman padi ini diperkenalkan Dinas Pertanian Kabupaten Jayawijaya dan pihak terkait," ujar Hari.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَالْبُدْنَ جَعَلْنٰهَا لَكُمْ مِّنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ لَكُمْ فِيْهَا خَيْرٌۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا صَوَاۤفَّۚ فَاِذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّۗ كَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan unta-unta itu Kami jadikan untuk-mu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makanlah orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Hajj ayat 36)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement