Rabu 10 Sep 2014 11:28 WIB

Hidayat: Golkar Bangun Kerja Sama dengan Koalisi

MS Hidayat
Foto: antara
MS Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Anggota Dewan Pertimbangan DPP Partai Golongan Karya MS Hidayat mengatakan ketua umum Golkar mendatang harus membangun kerja sama yang konstruktif baik saat menduduki pemerintahan maupun sebagai oposisi.

"Kerja sama yang konstruktif apakah di dalam pemerintahan atau oposisi, tapi harus membuat Indonesia lebih baik dengan pemerintahan yang didukung oleh semua kalangan," kata Hidayat usai menghadiri Seminar Pembenahan Sistem Logistik Nasional di Jakarta, Rabu.

Hidayat yang kini menjabat sebagai Menteri Perindustrian ini berpendapat tidak masalah apakah bentuk dukungan diberikan melalui duduk dalam pemerintahan maupun sebagai oposisi. Pada Agustus lalu di Bandung ia menyatakan pencalonan dirinya sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dengan latar belakang ingin mempersiapkan partainya menghadapi Pemilihan Umum 2019 yang untuk pertama kalinya menggabungkan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden.

Visi Golkar pada Pemilu 2019 adalah mengupayakan dukungan seluasnya untuk memposisikan Golkar sebaik-baiknya di tengah kehidupan bangsa dan negara. Golkar memastikan diri untuk mewujudkan pengabdiannya memberikan kedudukan utama pada aspirasi luas dan tidak pada kepentingan sempit, memajukan secara optimal pelayanan publik yang luas dan adil serta melindungi seluruh golongan dan masyarakat.

Hidayat enggan mengungkapkan persiapannya terkait pencalonan dirinya sebagai ketua umum Golkar karena dirinya kini masih menjabat sebagai Menteri Perindustrian. "Tapi, saya diam-diam mempersiapkan diri," katanya.

Deklarasi Hidayat sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dilaksanakan bersamaan dengan acara silaturahmi dengan pengurus dan kader Golkar se-Jawa Barat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement