Rabu 17 Sep 2014 12:32 WIB

Pukat UGM: PB Koruptor Bentuk Pelecehan Lembaga Hukum

Rep: c62/ Red: Bilal Ramadhan
Anggodo Widjojo
Foto: Edwin/Republika
Anggodo Widjojo

REPUBLIKA.CO.ID,‎ JAKARTA-- Pemerintan di Kementerian Hukum dan HAM dinilai telah obral jasa meringankan hukuman bagi terpidana koruptor. Setelah memberikan pembebasan bersyarat (PB) untuk enam terpidana, kini Menteri Hukum dan HAM kembali memberikan PB kepada terpidana kasus percobaan suap kepada pimpinan KPK Anggodo Widjojo.

Direktur Advokasi Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) Universitas Gajah Mada, Oce Madril mengatakan, jika pembebasan bersyarat tidak dibatalkan, makan pemerintah tidak menghargai upaya KPK dan majelis hakim tindak pidana korupsi untuk membuat jera para koruptor.

"KPK sudah susah berupaya m‎engumpulkan barang bukti, melakukan penuntutan dan hakim berusaha membuktikan kasusnya, pemerintah malah membebaskannya," kata Oce saat dihubungi Republika, Rabu, (17/10).

Sedangkan KPK tidak mungkin mengeluarkan re‎komendasi untuk pembebasan bersyarat bagi koruptor. Karena berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 99/2012 di Pasal 43B ayat 3 pembebasan bersyarat untuk terpidana korupsi, pemerintah wajib meminta rekomendasi dari penegak hukum seperti KPK, Kejaksaan dan Polri.

"Kalau pemerintah tetap mengeluarkan pembebasan bersyarat, sementara KPK tidak memberikan rekomendasi maka pemerintahnya yang bandel," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement