REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menggelar konferensi penerbangan dan satelit penginderaan jauh di Yogyakarta, Kamis (13/11), dengan melibatkan para pakar internasional di bidang elektronika nautika dan penginderaan jauh.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin di sela acara "The International Conference on Aerospace Electronics and Remote Sensing satellite" (ICARES) 2014 itu, mengatakan acara tersebut digelar sebagai sarana berbagi pengetahuan para peneliti yang bergelut di bidang elektronika aeronautika dan penginderaan jauh.
"Kami harapkan bisa memunculkan pengembangan teknologi baru di bidang penerbangan dan satelit penginderaan jauh," kata Thomas Djamaluddin.
Dalam acara yang berlangsung mulai 13-14 November di Hotel Sheraton, Yogyakarta tersebut, juga akan dipresentasikan sebanyak 43 makalah pilihan dari para pakar internasional di bidang elektronoka aeronautika dan pengindraan jauh. 43 makalah tersebut, telah melalui penyaringan dari 14 ilmuwan dari negara maju seperti Jerman, Jepang, Amerika Serikat (AS), India, dan Singapura.
"Dari 43 makalah itu, dari Indonesia terpilih 10 makalah," kata dia.
Thomas mengatakan, pesawat tanpa awak atau UAV, teknologi satelit mikro, dan aplikasi penginderaan jauh yang akan dibahas dalam konferensi internasional tersebut terbukti telah menjadi komponen penting dalam pembangunan wilayah.
Dalam acara yang didukung oleh Institute of Elegtrical and Electronics Engineers (IEEE) tersebut khususnya akan dibahas mengenai pemanfaatan beberapa teknologi tersebut si wilayah tropis seperti Indonesia.
Ia mencontohkan, kebutuhan data penginderaan jauh saat ini sangat tinggi untuk memantau berbagai sektor kepentingan negara. Namun teknologi satelit yang digunakan untuk penginderaan jauh masih menghadapi tantangan di wilayah tropis.
Hal tersebut disebabkan wilayah tropis kerap diliputi awan sepanjang tahun, sehingga satelit penginderaan jauh bersensor optis yang banyak dipergunakan saat ini tidak mampu menyediakan citra yang bersih.
"Untuk itulah diperlukan berbagai penelitian untuk menyelesaikan masalah ini," kata Thomas.