REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sebagian besar masyarakat Bali diperkirakan setuju dengan adanya kebijakan revitalisasi Teluk Benoa. Alasannya untuk keperluan lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian di Pulau Dewata tersebut.
Berdasarkan hasil jajak pendapat Indo Survey & Strategy terkait isu Teluk Benoa menyebutkan, masyarakat di sana itu lebih menerima revitalisasi ketimbang reklamasi. Dari 600 responden, 53,2 persen memilih revitalisasi, 5 persen reklamasi, 32,4 persen menolak reklamasi dan 9 persen tidak tahu.
"Revitalisasi sepertinya menjadi jalan tengah untuk penanganan Teluk Benoa," kata Direktur Eksekutif Indo Survey & Strategy, Hendrasmo, Rabu (27/11).
Jika melihat data yang diperoleh dari hasil survei, dia menambahkan, pilihan revitalisasi lebih besar daripada opsi reklamasi dan menolak reklamasi. Alasan mereka, 45 persen adalah untuk membuka lapangan kerja dan 22 persen menyoalkan pertumbuhan ekonomi di Bali.
Walaupun mayoritas masyarakat di Bali menilai daerahnya lebih maju dari daerah lain, namun sebanyak 31,4 persen responden menyatakan, kurangnya lapangan pekerjaan. Hal tersebut masih menjadi persoalan penting menyusul biaya pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
Menurut Hendrasmo, sebagian mereka yang menolak revitalisasi 46 persen menyatakan, kebijakan itu akan merusak mangrove. Selain itu sebanyak 22 persen lainnya menganggap kondisi ini akan berdampak pada abrasi laut.
Survei ini dilakukan pada 2-9 November 2014 di 9 kabuten/kota Bali. Adapun teknik yang jajak pendapat tersebut dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan 600 responden. Metodenya adalah 'Multi Stage Random Sampling' dengan tingkat kesalahan kurang lebih 4 persen.