Jumat 28 Nov 2014 12:43 WIB

SBY: Pemimpin yang Selalu Dibenarkan Bisa Jadi Diktator

Presiden RI ke-enam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Foto: EPA/Pool
Presiden RI ke-enam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI-6, Susilo Bambang Yudhoyono menilai seorang pemimpin haruslah mengggunakan kekuasaan dengan tepat dan bijak. Seorang pemimpin juga sudah seharusnya dengan sabar mendengarkan kritikan dari rakyatnya. Karena, pemimpin tak lepas dari kesalahan dan tidak selalu benar.

"Petik pelajaran di dunia. Pemimpin yang selalu dibenarkan apapun perkataan dan tindakannya, tak disadari bisa menjadi diktator atau tiran," tulis SBY lewat akun twitter pribadinya, Jumat (28/11).

Ia menyakini setiap pemimpin pasti ingin berbuat yang terbaik. Tidak ingin pula menjadi diktator atau tiran dan kemudian harus jatuh seperti yang kerap terjadi.

"Karenanya, dengan tetap menghormati pemimpin, rakyat bisa menyampaikan kritik dan sarannya. Pemimpin mesti sabar mendengarkan," tulis SBY.

"Kritik itu laksana obat. Jika dosis dan cara meminumnya tepat, badan menjadi sehat. Mengkritik pemimpin haruslah beretika dan patut,"

Menurutnya, dalam dunia politik, kekuasaan menjadi yang utama. Tetapi, untuk meraih kekuasaan itu, gunakan cara yang benar dan gunakan pula secara benar.

"Kekuasaan juga menggoda. Karenanya, gunakanlah secara tepat dan bijak. Jangan sewenang-wenang dan jangan melampaui kewenangannya," katanya.

Ia juga mengingatkan kebenaran mutlak adalah milik Tuhan. Karenanya, jangan selalu membenarkan yang kuat, tetapi perkuatlah kebenaran.

"Sesungguhnya hidup ini universitas yang abadi. Mari kita saling belajar, saling berbagi dan saling menasihati"

"Tidakkah Allah SWT memberikan kekuasaan kepada yg dikehendaki, dan mencabut kekuasaan itu dari siapa yang dikehendaki"

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اِذْ اَنْتُمْ بِالْعُدْوَةِ الدُّنْيَا وَهُمْ بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوٰى وَالرَّكْبُ اَسْفَلَ مِنْكُمْۗ وَلَوْ تَوَاعَدْتُّمْ لَاخْتَلَفْتُمْ فِى الْمِيْعٰدِۙ وَلٰكِنْ لِّيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ەۙ لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْۢ بَيِّنَةٍ وَّيَحْيٰى مَنْ حَيَّ عَنْۢ بَيِّنَةٍۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَسَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ
(Yaitu) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada lebih rendah dari kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan (hari pertempuran itu), tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

(QS. Al-Anfal ayat 42)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement