REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium IPW Neta S. Pane menilai arogansi dan sifat represif oknum-oknum polisi tersebut menunjukkan bahwa pembinaan atasan terhadap jajaran bawah kepolisian sangat buruk. Kontrol atasan terhadap bawahan yang terjadi dalam internal kepolisian juga dinilai Neta sangat buruk, bahkan bisa dikatakan tidak ada.
Hal ini kemudian membuat reformasi Polri yang mengedepankan polisi sipil yang profesional tidak berjalan baik. “Seperti gagal total, meskipun perjalanan reformasi Polri itu sudah 15 tahun,” jelas Neta, Jumat (28/11).
Dalam menghadapi mahasiswa atau masyarakat yang berdemo, Neta menjelaskan seharusnya pihak kepolisian lebih membangun dialog dengan koordinator lapangan (korlap) dari pihak pendemo terlebih dahulu. Dalam dialog tersebut, pihak kepolisian bisa memberikan pengertian terkait batasan-batasan dalam berdemo, sehingga aksi-aksi anarkis dan bentrokkan dapat dihindari.
Hal ini pernah diterapkan pada awal reformasi. Kapolda Metro pada saat itu, jelas Neta, berhasil mengendalikan aksi-aksi demo tanpa ada bentrokkan meskipun kala itu aksi demo sangat marak terjadi. “Sekarang ini sepertinya tidak pernah dilakukan polisi, malah dihadapi dengan sikap arogan dan represif,” lanjut Neta.