REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO - Partai politik Islam terbesar di Sri Lanka membelot dari pemerintahan dan memilih mendukung kandidat oposisi pada pemilihan Presiden pekan depan.
Kongres Muslim Sri Langka sepakat menarik diri dari pemerintahan Presiden Mahinda Rajapaksa pada Ahad (28/12). Hal ini dikarenakan pemerintah dinilai kurang berperan dalam memberikan perlindungan bagi umat Islam di Sri Lanka.
"Pemerintah telah gagal melindungi umat Islam di negara ini. Di mana mereka (Umat muslim) berkali-kali mendapatkan ancaman," tutur pemimpin partai Islam Sri Lanka, Rauf Hakeem seperti dilansir The Muslim News, Senin dini hari (29/12).
Hakem mengatakan saat ini dukungan diberikan kepada Maithripala Sirisena, mantan Menteri Kesehatan Presiden Rajapaksa yang mengundurkan diri bulan lalu. Ia telah mencalonkan diri sebagai kandidat presiden bersaing dengan Rajapaksa pada pemilu 8 Januari mendatang.
Pengumuman hengkangya partai Islam tersebut menjadi pukulan besar bagi Rajapaksa atas upaya kampanyenya selama ini untuk memimpin kembali pemerintahan dimasa ketiga jabatanya sebagai Presiden.
United People’s Freedom Alliance, partai penguasa saat ini, telah kehilangan lebih dari 20 anggotanya di parlemen beikut menteri yang memilih oposisi. Beberapa tahun terakhir pemerintah dihujani kritik karena mendukung kelompok radikal Buddha yang kerap menindas umat Islam yang menjadi minoritas.
Bahkan serangan sejumlah masa yang di pimpin ekstrimis Buddha terhadap tempat usaha dan rumah-rumah orang muslim di Aluthgama yang berjarak 60 km dari ibu kota Kolombo pada Juni lalu menewaskan tiga pulu orang.
Meski demikian tak ada upaya apapun dari pemerintah terhadap masa yang diduga terlibat. Jumlah penduduk muslim mencapai 10 persen dari populasi penduduk di Sri Lanka, sementara 70 persen menganut agama Budha.