REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) pada tahun ini, di samping secara tertulis, juga menggunakan cara pengerjaan berbasis komputer (//Computer Based Test//, CBT).
UN CBT diketahui merupakan rintisan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan. Sehingga, murid peserta UN tidak perlu lagi membawa alat tulis.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Ridwan Hisyam mengatakan, pihaknya mendukung penuh penyelenggaraan UN CBT. Sebab, lanjut dia, pihaknya meyakini klaim dari Mendikbud bahwa UN CBT mampu menghemat anggaran hingga 30 persen.
"Karena dapat menghemat anggaran sampai dengan 30 persen. Sehingga sistem CBT akan dilaksanakan penuh pada 2016, tahun yang akan datang dengan prioritas," katanya dalam pesan singkat yang diterima Republika, Selasa (14/4).
Ia melanjutkan, dalam menjalankan fungsi pengawasannya, Komisi X juga membentuk tiga tim spesifik UN ke Provinsi Bali pada 8-10 April 2015 lalu. Selain itu, pada 13-15 April 2015 tim dengan tugas yang sama juga pergi ke Provinsi Sumatera Barat dan Maluku.
"Yang kami temukan, semua berjalan lancar sesuai harapan. Meskipun ada hambatan-hambatan kecil, tetapi semua dapat diantisipasi," ujarnya.
Berdasarkan laporan tim itu pula, lanjut Ridwan, Komisi X menemukan, sejumlah sekolah yang menerapkan UN CBT dengan keterbatasan. Yakni, satu unit komputer sampai-sampai dipakai secara bergiliran oleh tiga orang murid.
"Dipakai tiga orang secara bergilir. Jadi ada tiga shift dalam sehari," ucapnya.