REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Ratusan penduduk di ibukota Kathmandu, Nepal mengungsi pascadiguncang gempa yang menewaskan lebih dari 3.200 orang, Senin (27/4).
Mereka meninggalkan rumah-rumah setelah kekurangan makanan dan air bersih. "Kami menyelamatkan diri," kata salah satu penduduk Kathmandu, Krishna Muktari.
Dikatakan lebih lanjut, mereka tidak bisa bertahan di lokasi. Pasalnya, mereka masih memiliki anak kecil dan beberapa sanak keluarga lain.
''Bagaimana bisa hidup di sini? Saya punya anak, mereka tidak bisa terus keluar rumah sepanjang malam,'' kata pria yang memiliki sebuah toko kecil, namun terpaksa tak beroperasi dilansir Reuters.
Sebagian besar penduduk memilih tidur di luar rumah ketika malam menjelang. Mereka khawatir gempa akan kembali mengguncang ketika mereka sedang tidak sadarkan diri.
Pada Senin, jalanan mengarah keluar kota dipadati oleh masyarakat yang ingin mengungsi. Bayi-bayi digendong dan penduduk berusaha menaiki bus yang telah penuh. Mereka juga mencegat mobil dan truk yang melintas.
Sementara di sekitar kota Kathmandu, keadaan juga tidak lebih baik. Banyak keluarga menggelar matras di jalan dan menutupinya dengan terpal untuk melindungi dari hujan. Penduduk tampak mengantri air bersih dari truk bantuan. Kerumunan juga mengantri untuk kebutuhan medis seperti obat.
Sebagian besar wilayah masih tanpa listrik dan air bersih. Penduduk terancam kekurangan kebutuhan pokok.
''Tak ada listik dan air. Tantangan utama dan prioritas kami adalah memulihkan pasokan tersebut, termasuk menyediakan makanan,'' kata pejabat kementerian luar negeri, Laxmi Prasad Dhakal.
Beberapa negara telah mengirimkan bantuan pada Ahad, termasuk negara tetangga Pakistan, Cina dan India, juga Jerman dan Prancis. ''Kami sangat senang dengan tawaran bantuan dan penyelamatan dari negara lain,'' kata anggota manajemen bencana Nepal, Deepak Panda.