REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Cina menunjukkan ketertarikkanya pada keuangan Islam dengan menjalin kerja sama pengembangan usaha dengan Bank Pembangunan Islam (IDB).
Bank Pembangunan Islam (IDB) menyampaikan tengah bekerja sama dengan unit usaha dari Bank Dagang dan Industri Cina (ICBC) untuk mengembangkan bisnis. Ini sekaligus memberi sinyal ketertarikan Cina akan keuangan Islam.
Anak usaha IDB untuk sektor swasta, Korporasi Islam Pembangunan Sektor Privat (ICD), akan bekerja sama dengan ICBC Financial Leasing. ICBC sendiri merupakan bank asal Cina dengan aset terbesar.
Dua perusahaan ini rencananya akan mengembangkan bisnis di 52 negara anggota ICD dengan menggunakan skim ijarah dalam layanan perbankan dan manajemen likuiditasnya. Mereka juga akan melakukan sindikasi keuangan untuk proyek-proyek sektor privat, demikian disampaikan IDB seperti dikutip Business Times, Jumat (8/5).
Populasi Muslim di Cina diperkirakan mencapai lebih dari 20 juta jiwa. Tapi, aktivitas keuangan Islam di sana sangat sedikit dan belum jelas apakah sektor ini pun difasilitasi dengan jaminan hukum dan aturan memadai.
Beberapa perusahaan asal Cina melihat keuangan Islam jadi jalan alternatif mengembangkan usaha dan investasi mereka di negara-negara mayoritas Muslim seperti Kawasan Teluk dan Asia Tenggara, guna menjaring dana.
Bulan lalu, dua bank asal Qatar dan perusahaan efek Cina Southwest Securities menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk menangani urusan keuangan Islam.
AVIC Capital Co Cina pada Desember lalu juga dikabarnkan sudah menyarankan Pemerintah Otonomi Ningxia Hui yang memiliki populasi Muslim besar, untuk menerbitkan surat utang Islam (sukuk) senilai 1,5 miliar dolar AS dengan tenor lima tahun untuk pengembangan daerah. Namun, sejak informasi itu disampaikan, belum ada langkah kongkret yang terlihat.