REPUBLIKA.CO.ID, MANAGUA -- Nikaragua adalah negara termiskin kedua di Benua Amerika setelah Haiti. Tak heran jika negara berpenduduk 6,1 juta orang ini memiliki masalah dengan tingginya angka anak-anak yang putus sekolah.
The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) mencatat ada sekitar dua juta anak usia sekolah di Nikaragua. Setengah dari mereka hidup dalam kemiskinan. UNICEF memproyeksikan sekitar 500 ribu anak berusia 3-17 tahun di Nikaragua tidak pernah mengenyam pendidikan.
Sebagian besar mereka tinggal di daerah miskin pedesaan. Anak-anak terpaksa menghabiskan masa-masa sekolahnya dengan bekerja. Terbukti, survei pada 2005 menunjukkan 240 ribu anak usia 5-17 tahun bekerja untuk menyambung hidup.
Bluefields adalah wilayah termiskin dengan angka anak putus sekolah terbanyak di Nikaragua. Kebosanan adalah faktor lainnya mengapa anak-anak ini tak bersemangat belajar.
"Keluargaku tak mampu membeli buku-buku pelajaran. Aku lebih suka bekerja dan mendapatkan uang," kata salah seorang anak, dilansir dari Guardian, Senin (25/5).
Organisasi Buruh Internasional (ILO) telah membuat peta jalan untuk dapat menghapuskan praktik-praktik perburuhan pada anak pada 2016 dan secara total pada 2020. Nikaragua telah meratifikasi beberapa perjanjian internasional. Apalagi, pemimpin-pemimpin bisnis di sana memperkirakan sekitar 250-320 ribu tenaga kerja di negara itu adalah anak-anak di bawah 14 tahun.
Menurut ILO, wajib belajar sembilan tahun gratis adalah salah satu cara paling efektif memerangi pekerja anak. Di Nikaragua, anak-anak hanya diwajibkan bersekolah sampai usia 12 tahun. Di Bluefields, hanya 58 persen anak-anak yang tamat SD.