REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah, mengatakan kelompoknya tak terpengaruh dengan kesepakatan nuklir Iran dan negara kekuatan dunia. Ia percaya masih dapat mengandalkan dukungan Iran meski kesepakatan nuklir tercapai.
Kantor berita Reuters melaporkan, dalam pernyataan publik pertamanya sejak kesepakatan itu dicapai bulan ini di Wina, Nasrallah mengatakan ia yakin Teheran akan mengacaukan anggapan kritikus yang mengatakan itu akan mengakhiri dukungan kepada Hizbullah.
"Hubungan Iran dengan sekutunya didasarkan pada alasan ideologis dan tercapai sebelum kepentingan politik," kata Nasrallah, Sabtu (25/7).
Sanksi Amerika Serikat terhadap tiga pemimpin militer Hizbullah juga menurutnya tidak berdampak pada kelompok. Sebelumnya AS menjatuhkan sanksi pada ketiga pemimpin Hizbullah yakni Mustafa Badr Al Din, Ibrahim Aqil, dan Fu'ad syukurnya.
Sanksi dijatuhkan atas peran mereka dalam koordinasi atau berpartisipasi mendukung kelompok pemerintah Presiden Bashar al- Assad di perang sipil Suriah. "Amerika Serikat adalah Setan Besar sebelum dan setelah kesepakatan," kata Nasrallah.
Nasrallah mengatakan kelompoknya bangga dukungan keuangan Teheran, yang memungkinkan untuk melawan kebijakan Israel dan AS di wilayah tersebut. "Dukungan yang kita dapatkan dari Iran cukup," ungkap Nasrallah.
Dukungan Hizbullah cukup penting untuk Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam konflik panjang selama empat tahun Suriah.