Jumat 11 Sep 2015 03:20 WIB

Baduy tak Pernah Tersentuh Krisis Ekonomi

Warga Suku Baduy di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Foto: Republika/Andina
Warga Suku Baduy di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Pemuka adat yang juga Kepala Desa Kanekes Saija mengatakan warga Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, hingga kini tak mengalami krisis ekonomi akibat dampak pelemahan nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Kehidupan warga kami seperti biasa saja, karena masyarakat Baduy mengandalkan ekonominya dari hasil pertanian," kata Saija di Lebak, Kamis (11/9).

Ekonomi masyarakat Baduy hingga kini bercocok tanam di ladang-ladang huma dengan menanam aneka jenis tanaman pangan padi gogo dan tanaman pisang, hortikultura, palawija dan umbi-umbian.

Mereka, warga Baduy, seharian aktivitas kegiatan di ladang dan hasilnya dijual ke tengkulak maupun penampung.

Sebagian hasil ladang itu jika musim panen dijual ke pasar Rangkasbitung di antaranya durian, daun sereh, pisang, petai, nangka berit dan manggis. "Kami tetap kehidupan ekonomi Baduy dari bercocoktanam di ladang-ladang huma," katanya.

Menurut dia, masyarakat Baduy bercocok tanam ladang huma tanpa menggunakan pupuk kimia. Sebab pengunaan pupuk kimia itu dilarang oleh adat karena bisa menimbulkan kerusakan tanah.

Karena itu, mereka lebih mengutamakan pupuk organik dari sampah maupun sisa pembakaran ladang. Kebanyakan petani Baduy bertanam itu di ladang dengan lokasi perbukitan juga berpindah-pindah sehingga lahan tanamanya subur.

"Kami sejak dulu hingga kini belum dilanda krisis ekonomi maupun kelaparan karena hasil bumi itu, seperti padi huma untuk kebutuhan keluarga saja," katanya.

Saat ini masyarakat Baduy masih tradisional dan tidak memiliki media elektronika maupun media cetak karena dilarang adat.

"Kami menjual hasil bumi itu menggunakan angkutan, karena bagian Baduy luar," katanya. Santa, seorang petani Baduy mengatakan pihaknya setiap pekan menjual daun sereh dengan harga Rp14 ribu per kilogram maupun pisang.

Ia membawa daun sereh sebanyak dua karung atau sekitar 30 kilogram hasil penanaman di ladang. Ia menjualnya itu ke penampung di Pasar Rangkasbitung. "Kami terbantu ekonomi keluarga dengan menjual hasil pertanian itu," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement