Ahad 11 Oct 2015 13:34 WIB

Panglima TNI: Sekat Kanal dan Embung Air Solusi Atasi Karhutla

Presiden Jokowi berbincang dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat meninjau lokasi kebakaran hutan di OKI, Sumsel.
Foto: Setkab
Presiden Jokowi berbincang dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat meninjau lokasi kebakaran hutan di OKI, Sumsel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bersama jajarannya meninjau upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan melalui pembangunan kanal bersekat dan embung air di Musi Banyuasin (Muba) dan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan. Selain dampak El Nino yang mengakibatkan kemarau kering pada tahun ini, pemadaman kebakaran di lahan gambut menjadi tantangan tersendiri.

Menurut Gatot, pihaknya menggunakan pesawat untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di titik api. "Atasnya padam, namun tetap muncul asap, karena bawahnya (gambut) masih bara," katanya saat meninjau lokasi, kemarin.

Menurut dia, membangun sekat kanal dan embung air merupakan salah satu solusi pemerintah dalam mengatasi kebakaran, terutama di lahan gambut yang sulit dipadamkan. Sekat akan menjaga kadar air di lahan gambut, atau membuatnya tetap basah, sementara embung dapat menjadi sumber air saat melakukan pemadaman.

"Maka tidak ada alternatif lain, kita membuat sekat kanal berisi air, sehingga rembesan air dapat memadamkan bara," ujar mantan kepala staf Angkatan Darat (KSAD) tersebut.

Gatot mengaku, TNI juga mengajak pihak swasta yang memiliki konsesi di daerah tersebut untuk bersama bahu-membahu membangun sekat kanal, satu di antaranya adalah Asia Pulp & Paper (APP) dan perusahaan pemasoknya. Perusahaan melibatkan seluruh pemasoknya mendukung kerja prajurit TNI di lapangan untuk memadamkan api.

Demi mencegah meluasnya kebakaran, TNI dan pihak swasta bekerja sama membuat sekat kanal, serta perluasan sekat bakar dengan mengerahkan seluruh peralatan yang ada untuk pemadaman kebakaran. "Kami menyambut baik arahan dan masukan Panglima TNI agar upaya pembangunan kanal dapat lebih efisien dan pembasahan lahan lebih optimal," kata Direktur APP Suhendra Wiriadinata.

Menurut dia, produksi bubur kertas (pulp) dan kertas membutuhkan pasokan bahan baku kayu secara berkelanjutan. Hal itu bisa didapat dengan menjaga kelestarian hutan tanaman dan lingkungan sekitarnya. Dia menjelaskan, kebakaran hutan dan lahan merupakan bencana tahunan yang tidak hanya merugikan negara dan masyarakat tetapi juga pelaku usaha.

Karena itu, penerapan penyiapan lahan lahan tanpa bakar (zero burning policy) menjadi prioritas perusahaannya sejak tahun 1996. "Selain itu, sejak tahun 2013 kami telah menerapkan kebijakan konservasi hutan (forest conservation policy) yang salah satu komitmennya tidak membuka lahan hutan alam," kata Suhendra.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement