Senin 16 Nov 2015 11:27 WIB

'Mengapa Barat Sikapi Berbeda Antara Teror di Paris dan Palestina?'

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang pria memberikan penghormatan di luar restoran Le Carillon pagi hari setelah serangkaian serangan mematikan di Paris, 14 November 2015.
Foto: Reuters/ Christian Hartman
Seorang pria memberikan penghormatan di luar restoran Le Carillon pagi hari setelah serangkaian serangan mematikan di Paris, 14 November 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teror Paris seketika menjadi perhatian dunia. Negara-negara barat dan dunia internasional bersatu mengutuk aksi biadab yang menghilangkan 130-an nyawa manusia tersebut.

Ketua Komisi VIII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay mengatakan aksi Teror Paris tersebut tidak bisa dibenarkan, dan DPR RI khususnya Komisi VIII yang membidangi masalah agama, sosial dan pemberdayaan perempuan turut berbela sungkawa sekaligus mengecam pelaku peristiwa tersebut.

Tanpa mengurangi rasa simpati atas peristiwa Teror Paris, Saleh menyinggung mudahnya dunia internasional menjadikan setiap aksi teror di dunia barat sebagai tragedi kemanusiaan. Perhatian dunia sepertinya mengenyampingkan fakta teror yang sama juga terjadi di dunia Islam, seperti di Palestina dan Timur Tengah.

"Berbeda sikap Teror Paris dengan yang dihadapi di Palestina, minim perhatian dunia internasional bahkan AS dan Eropa pun tidak bersuara," katanya kepada Repubika.co.id, Senin (16/11).

Hal ini tidak terlepas dari solidaritas barat dalam satu isu bersama keamanan negara dan kawasannya. Sedangkan di negara-negara muslim solidaritas itu tidak ada. Bila negara barat menghadapi aksi teror, semua negara barat bersatu dan merasa tragedi ini sebagai ancaman serius yang tidak bisa dipisahkan dari setiap negara dan kawasan.

Setelah Teror Paris, seketika itu negara barat merasa ada ancaman serius terhadap negara dan kawasan mereka. "Lihatlah reaksi dari AS, negara-negara Eropa bahkan Australia sekalipun yang merasa ancaman itu hadir pada mereka," ujar mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah ini.

Sedangkan di negara berpenduduk muslim, berbagai kasus teror dan kemanusiaan di negara muslim tidak terbentuk solidaritas tersebut. Bahkan negara-negara OKI pun tidak ada pernyataan sikap solidaritas bersama.

Sehingga wajar menurut dia, bila Teror Paris lebih mendapat perhatian dunia internasional dibandingkan tragedi kemanusiaan di negara-negara muslim.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement