REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) menuai polemik baru-baru ini. Di Kabupaten Garut ada tiga orang yang dilaporkan keluarganya menghilang dan dikaitkan dengan Gafatar. Ternyata Gafatar juga pernah terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Garut.
"Gafatar pernah terdaftar di kami pada Desember 2013 dan waktu itu tidak ada gerakan yang aneh-aneh bahkan saya pernah menghadiri satu kegiatan mereka," kata Kepala Kesbangpol Kabupaten Garut, Asep Suparman kepada Republika.co.id, Rabu (13/1).
Asep mengatakan, kegiatan Gafatar waktu itu terkonsentrasi di kegiatan sosial, budaya dan pertanian. Seperti mengadakan acara donor darah, penanaman pohon dan bakti sosial. Gerakan mereka tidak berbasis agama. Sehingga tidak menimbulkan kecurigaan apa pun pada waktu itu.
Bahkan saat Kesbangpol menerima pendaftaran Gafatar, mereka memenuhi persyaratan. Mereka memiliki Akta notaris dan dokumen-dokumen persyaratan lainnya. Dikatakan Asep, Kesbangpol sudah mencoba menghubungi pengurus Gafatar di Kabupaten Garut sejak kemarin. Tapi tidak bisa tersambung.
Sementara, diketahui pengurus yang asli warga Garut hanya sekretarisnya saja. Ketua dan Bendaharanya berasal dari luar Kabupaten Garut. Asep menerangkan, jumlah anggota Gafatar yang ada di Garut juga tidak diketahui. Begitu pula cara merekrut anggotanya bagaimana, Kesbangpol belum mengetahuinya.
"Hal inilah yang saat ini sedang ditelusuri termasuk sekretarisnya sedang ditelusuri," ujar Asep.
Sementara, terkait adanya laporan warga Kabupaten Garut yang hilang, Asep mengungkapkan, Kesbangpol belum bisa memastikan kasus hilangnya tiga orang warga Garut berkaitan dengan Gafatar. Berdasarkan informasi yang diterima Kesbangpol, ada seorang suami melaporkan istri dan kedua anaknya hilang.
Suaminya membaca buku milik istrinya yang hilang. Buku tersebut menunjukkan istrinya sebagai anggota Gafatar. Maka dikaitkanlah hilangnya istri dan kedua anaknya dengan Gafatar.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Sulistyo Pudjo Hartono mengatakan, kemarin ada seorang warga atas nama Heriadi Atmajaya (53 tahun) melaporkan istri dan anaknya hilang. Heriadi yang pekerjaannya sebagai karyawan swasta di Jakarta Barat melaporkan istri dan anaknya mulai hilang pada Selasa (29/12) tahun lalu.