Selasa 19 Jan 2016 18:14 WIB

Polisi Dinilai Terburu-buru Tuduh Bahrun Naim

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Angga Indrawan
 Terdakwa kasus kepemilikan amunisi, Muhammad Bahrun Naim menjalani sidang di Pengadilan Negeri Solo, Jawa Tengah, Senin 9 Juni 2011.
Foto: Antara
Terdakwa kasus kepemilikan amunisi, Muhammad Bahrun Naim menjalani sidang di Pengadilan Negeri Solo, Jawa Tengah, Senin 9 Juni 2011.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berselang beberapa jam pascaserangan teror yang terjadi di depan kawasan perbelanjaan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1) silam, pihak kepolisian menyebut adanya peran Bahrun Naim dalam serangan tersebut. Pria asal Solo, Jawa Tengah, itu bahkan diduga kuat sebagai perancang dari serangan teror bom tersebut.   

Namun, langkah kepolisian ini dianggap sebagai langkah yang terburu-buru dan ada kesan penghakiman terhadap sosok Bahrun Naim. Padahal, belum ada bukti yang jelas atas keterlibatan Bahrun Naim dalam serangan teror tersebut. Belum lagi dengan pemberitaan yang muncul terkait pernyataan dari Polri tersebut, terkait dugaan keterlibatan Bahrun Naim dalam serangan teror bom itu 

"Itu (pernyataan Polri) begitu terburu-buru, malah terkesan sudah menghakimi terlebih dahulu. Padahal, belum ada bukti-bukti cukup dan mendukung hal itu (pernyataan Polri)," kata Wakil Ketua Pembina Tim Pengacara Muslim (TPM) Achmad Michdan saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (19/1).

Lebih lanjut, Achmad memberi contoh, adanya dugaan Bahrun pernah berkomunikasi atau berhubungan langsung dengan salah seorang pelaku teror yang berhasil diidentifikasi, Afif alias Sanikem. Menurut Achmad, Bahrun tidak mengenal Afif. Ini lantaran Bahrun sudah meninggalkan Indonesia pada awal 2015, sekitar akhir Januari atau awal Februari.

"Sedangkan, Afif ini baru keluar dari LP Cipinang pada Agustus 2015. Dilihat dari rentang waktunya, bagaimana bisa Bahrun mengenal Afif?" ujar Achmad.

Tidak berhenti di situ, Achmad mengungkapkan, sejak kepergiannya, Bahrun diketahui tidak pernah menghubungi pihak keluarga. "Komunikasi dengan keluarga saja sulit. Sedangkan, dalam merancang sebuah kegiatan kan tentu perlu komunikasi yang intens dengan para pelaku di sini," tuturnya. 

Baca juga: '99 Persen Asli Suara Mas Bahrun Naim'

Baca juga: Begini Nasib Jenazah Para Pelaku Teror di RS Polri

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement