Kamis 04 Feb 2016 18:01 WIB

Pemerintah Diminta Tegas Soal Aliran Sempalan

 Wakil Rais Aam PBNU, KH Miftahul Akhyar
Foto: ROL/Agung Sasongko
Wakil Rais Aam PBNU, KH Miftahul Akhyar

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --Wakil Rais Aam Syuriah PBNU KH Miftachul Akhyar meminta pemerintah untuk lebih tegas lagi pada kelompok-kelompok sempalan agar kasus bom Bali dan kasus bernuansa SARA tidak terus terjadi."Kasus pemboman di Jalan Thamrin Jakarta dan kasus Gafatar merupakan kasus yang bersumber dari pemahaman yang salah terhadap agama," katanya di Surabaya, Kamis (4/2).

Ditanya tentang solusi penanganan kasus bernuansa SARA dan radikalisme di Tanah Air, pengasuh Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya itu menilai kasus bom Thamrin dan kasus Gafatar harus menjadi pelajaran bersama."Bom Thamrin dan Gafatar hanyalah dua kasus yang muncul belakangan ini, tapi di luar itu masih banyak kasus lain, seperti kelompok Zaytun, ISIS, NII, dan kelompok lain yang ingin mendirikan khilafah di Negara Pancasila. Mereka sama dalam pemikiran, meski beda dalam gerakan," ujarnya.

Ia mengatakan mereka merupakan kelompok kecil yang terus bergerak lincah dengan seribu satu macam cara. "Di sisi lain, masyarakat masih suka kagetan, mudah menyukai hal-hal yang dianggap baru dan aneh. Masyarakat masih mudah dibohongi dengan hal-hal baru yang terlihat menarik," katanya.

Kondisi itu membuat setiap kali muncul kelompok sempalan di Indonesia akan selalu mendapatkan pengikut. "Ada orang mengaku nabi, ada pengikutnya. Ada tokoh ingin mendirikan Negara Islam, ada pengikutnya. Ingin mendirikan khilafah, ada pengikutnya. Ada kelompok yang suka mengolok-olok sahabat nabi, juga ada pengikut. Itu karena di sini memang tidak ada radarnya," katanya.

Menurut sebuah penelitian, kata Kiai Miftah, sampai saat ini sudah ada 400 orang yang mengaku nabi di Indonesia. "Sudah ada 144 aliran di Jawa Barat yang dinilai sempalan oleh MUI. Belum lagi sempalan-sempalan yang lain. Kalau ini terus dibiarkan, mau jadi apa Indonesia ke depan?," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement