Jumat 05 Feb 2016 16:55 WIB

PPP Muktamar Bandung Mengaku Pasrah Soal Sikap Kubu Djan Faridz

Rep: Agus Raharjo/ Red: Bayu Hermawan
Emron Pangkapi.         (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Emron Pangkapi. (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepengurusan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hasil muktamar Bandung mengatakan sudah mencoba untuk membujuk kubu Djan Faridz (Muktamar Jakarta) untuk bersatu.

Tetapi, upaya itu tampaknya masih bertepuk sebelah tangan. PLT Ketua Umum PPP hasil muktamar Bandung, Emron Pangkapi mengatakan pihaknya sudah meminta berkali-kali untuk bertemu dengan Ketua Umum PPP hasil muktamar Jakarta, Djan Faridz.

Namun, permintaan itu baru ditanggapi beberapa waktu lalu dengan menggelar pertemuan di kediaman Djan Faridz. Emron mengatakan, keinginannya bertemu dengan Djan Faridz adalah untuk membahas soal penyatuan PPP.

Ia melanjutkan, ini adalah ikhtiar dari penyatuan dualisme PPP. Namun, yang didapat dari pertemuan itu bukan hal yang diharapkan. Sebab, kata Emron, kubu Djan masih enggap menanggapi penyatuan kembali PPP melalui muktamar seperti saran senior partai.

"Kalau tidak ada niat membesarkan PPP bahkan sulit untuk bertemu. Saya sudah meratap-ratap, mengajak bersatu tapi tidak pernah ditanggapi," ujar Emron saat Silatnas PPP di Asrama Haji Pondok Gedhe, Jumat (5/2).

Padahal, kata Wakil Ketua Umum PPP hasil muktamar Bandung ini, kepengurusan hasil muktamar Jakarta juga tidak disahkan oleh pemerintah. Artinya, saat ini posisi dua kubu, baik Jakarta maupun Surabaya, kosong.

Jadi, kepengurusan yang masih diakui adalah hasil muktamar Bandung yang memilih Suryadharma Ali sebagai Ketua Umum. Emron mengatakan, pihaknya sebagai perwakilan dari kepengurusan Bandung berharap, kader-kader PPP yang ada di kepengurusan muktamar Jakarta segera memahami posisi ini dan menyatukan diri.

Dengan menyatukan diri dalam barisan partai berlambang ka’bah ini, berarti kepengurusan Djan Faridz ikut memerjuangkan suara umat Islam.

Terlebih, penyatuan seluruh kader PPP harus dilakukan secepatnya untuk menghadapi pertarungan di pilkada serentak awal tahun 2017 nanti. Jangan sampai, perpecahan ini justru membuat PPP semakin hancur.

"Jangan-jangan ini adalah kesempatan terakhir partai kita ini kalau kita tidak segera menyatukan diri," tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement