REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendapatan bersih konsolidasian PT Astra International Tbk (Grup Astra atau Perseroan) menurun 9 persen menjadi Rp 184,2 triliun sepanjang tahun 2015. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan di segmen otomotif, alat berat dan pertambangan, serta agribisnis.
"Sepanjang tahun 2015 Perseroan menghadapi pelemahan harga komoditas dan penurunan konsumsi domestik, sekaligus meningkatnya kompetisi dari sektor penjualan mobil, dan merosotnya kualitas kredit korporasi yang mengakibatkan penurunan kontribusi di semua segmen kecuali teknologi informasi,"kata Presiden Direktur Grup Astra, Prijono Sugiarto, di siaran pers, Jumat (26/2).
Laba bersih konsolidasian menurun 25 persen menjadi Rp 14,5 triliun. Tanpa memperhitungkan pembebanan biaya non kas atas penurunan nilai properti tambang batu bara pada tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya, laba bersih Perseroan turun 20 persen menjadi Rp 16 triliun.
"Kami masih bersikap hati-hati terhadap prospek bisnis mendatang, namun dengan didukung kemampuan Perseroan menghasilkan kas yang baik serta neraca keuangan yang kuat, Perseroan terus berinvestasi bagi masa depan, dan siap memanfaatkan peluang dari setiap perbaikan kondisi ekonomi,"ujarnya.
Nilai aset bersih per saham Grup tercatat sebesar Rp 2.521 pada 31 Desember 2015, meningkat 7 persen dibandingkan dengan posisi akhir 2014. Nilai kas bersih secara keseluruhan, di luar Grup Jasa Keuangan mencapai Rp 1 triliun, dibandingkan dengan utang bersih yang mencapai Rp 3,3 triliun pada akhir 2014, karena arus masuk modal kerja yang kuat.
Anak perusahaan Grup segmen Jasa Keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp 44,6 triliun, dibandingkan dengan Rp 45,9 triliun pada akhir 2014.