REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Dua warga Pentadio Barat, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, yang terduga (suspect) anthrax kulit dan sementara dirawat di Rumah Sakit Aloe Saboe, mengakui menyembelih
sapi dalam keadaan sakit.
Salah seorang terduga anthrax, EA (45 tahun) mengatakan, awalnya ia menyembelih sapi miliknya yang telah menderita sakit selama empat hari.
"Saat menyembelih sapi saya yang sakit itu, tangan saya terkena darahnya. Awalnya tangan saya gatal-gatal, lalu mulai mulai timbul benjolan-benjolan kecil dan berwarna hitam," katanya.
Ia mengatakan, usai disembelih daging sapi diminta oleh warga sekitar untuk dikonsumsi. Hal serupa dikatakan oleh SL (23), katanya, saat ED menyembelih sapi tersebut, ia juga turut membantu dan terkena darah sapi.
"Usai menyembelih sapi, saya juga ikut memakan dagingnya dengan cara dibuat sate, awalnya saya tidak curiga, karena warga lain juga ikut memakannya, namun setelah itu, kaki saya mulai gatal," ungkapnya.
EA dan SL merupakan korban manusia pertama yang menjadi terduga anthrax di Gorontalo, karena selama ini hanya hewan ternak saja yang terkena bakteri anthrax.