REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Kesehatan Provinsi NTB mengungkapkan jumlah penderita katarak di NTB masih tinggi bahkan trennya meningkat. Berdasarkan survei yang dilakukan pada 2014, jumlah penderita katarak usia 50 tahun mencapai 25 ribu orang lebih atau 78 persen sementara 40 ribu orang terancam mengalami kebutaan.
"Masyarakat usia 50 tahun ke atas yang berpotensi mengalami kebutaan mencapai 4 persen atau 40 ribu orang. Sementara 25 ribu orang mengalami katarak yang jika didiamkan bisa mengalami kebutaan," ujar
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Eka Junaidi, Selasa (24/5).
Menurutnya, penderita katarak di NTB cukup tinggi dari rata-rata nasional sebesar 1,5 persen. Oleh karena itu upaya terus dilakukan untuk menurunkan penderita katarak agar kembali normal.
Ia menuturkan, jumlah penderita katarak tiap tahun mengalami peningkatan. Namun, hal tersebut tidak ditunjang oleh proses untuk menurunkan penderita sebab masih kekurangan dokter spesialis mata serta tiap tahun yang hanya bisa mengoperasi 8000 orang.
"Tiap tahun hanya mampu mengoperasi penderita katarak sebanyak 8000 orang selain itu masih kurang dokter spesialis mata," ungkapnya.
Eka mengatakan jumlah dokter spesialis mata di NTB berjumlah 19 orang. Dengan penyebaran yang tidak merata dan lebih banyak di Mataram. Sebab, beberapa kabupaten masih belum memiliki dokter spesialis mata seperti di Lombok Tengah, Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu dan Kota Bima.
Ia menuturkan keberadaan anggaran untuk menyelesaikan permasalahan katarak di NTB relatif bagus. Sebab, tiap tahun meningkat. Pada 2016, anggaran untuk pengentasan katarak mencapai Rp 6 Miliar ditambah dengan pemasukan dari biaya biaya operasi.
Dirinya menambahkan pihaknya tengah mengupayakan agar dibangun rumah sakit mata tipe C. Dimana saat ini pihaknya masih membuat DED. Selain itu anggaran yang diperlukan mencapai Rp 42 miliar.