REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pasar keuangan global menunjukkan tanda-tanda ketahanan kuat menyusul upaya kudeta yang gagal di Turki pada Jumat (15/7) kemarin. Hal itu ditandai dengan kembali naiknya nilai mata uang Lira setelah turun dan mendekati rekor tertinggi.
Lira kembali naik setelah terpuruk paling curam sejak 2008, ketika tentara diberitakan mencoba untuk merebut kekuasaan Pemerintah Turki seperti dilansir situs berita The gulftoday pada Senin (18/7).
Sebelumnya US Treasuries juga jatuh dan memperpanjang penurunan terbesar pekan lalu dalam satu tahun. Begitu pun mata uang Yen berada di penutupan terendah bulan ini.
Padahal sebelum kudeta pada Jumat (15/7) lalu, saham AS ditutup pada rekor tertinggi empat hari berturut-turut. Ekuitas global juga telah pulih dari aksi jual yang dipicu oleh Inggris yang melakukan referendum pada 23 Juni untuk meninggalkan Uni Eropa.
“Pasar terlihat cukup tahan terhadap peristiwa di Turki dan kuncinya adalah harapan tentang kebijakan moneter," kata Kepala penelitian di Julius Baer Group di Zurich, Christian Gattiker. "Ada harapan luas bahwa bank sentral akan tetap mendukung," katanya.
Mata uang lira melonjak 1,7 persen, setelah merosot 4,6 persen pada hari Jumat. Rand Afrika Selatan naik 1,8 persen, setelah turun 2,4 persen pada sesi terakhir saat berita upaya kudeta Turki memukul aset emerging-market. Sementara Peso Meksiko naik 0,6 persen. Yen jatuh 0,7 persen setelah naik 0,5 persen pada akhir Jumat.