REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menginginkan agar program pengembangan bandar udara di Indonesia dipercepat. Menurut Jokowi, hal ini penting demi meningkatkan daya saing Indonesia.
"Pembangunan infrastruktur seperti bandara tidak dapat ditunda-tunda lagi," kata Jokowi saat meresmikan perluasan Bandar Udara Sultan Thaha, Jambi, Kamis (21/7), berdasarkan siaran pers Tim Komunikasi Presiden.
Jokowi mengatakan, Bandara Sultan Thaha menjadi salah satu bandara yang dipercepat perluasannya. Menurut Jokowi, perluasan bandara ini tadinya baru akan dilakukan pada 2019. Namun, ia meminta agar dipercepat karena bandara ini kian dipadati penumpang setiap tahunnya.
"Jangan sampai penumpang sudah meluber baru dibangun. Dimajukan menjadi 2017 awal. Bangun lagi, jangan terlambat," ujarnya.
Jokowi tidak ingin keterlambatan yang dialami bandara Soekarno Hatta terjadi di bandara lainnya di Indonesia. Keterlambatan pembangunan runway dan pembangunan terminal membuat butuh waktu 30 menit untuk mendarat atau lepas landas.
"Keterlambatan yang tidak boleh terjadi di sini. Perluas lagi terminalnya, runway perpanjang lagi," kata Presiden.
Perluasan bandara Sultan Thaha meliputi perluasan overlay runway setebal 10 cm, luas terminal 35.000 m2, dan luas lahan parkir 26.500 m2 dengan kapasitas 436 mobil, dan 415 motor. Pembangunan Terminal Penumpang dan Fasilitas Parkir Bandara Sultan Thaha yang baru itu menelan biaya sesuai nilai kontrak sebesar Rp 126 miliar, pembangunan apron Rp 110 miliar, pembangunan tower, dan gedung operasi Rp 16 miliar, dan pembangunan fasilitas pokok serta penunjang lainnya Rp 67 miliar.